Episteme Pendidikan Intelligence Keamanan Negara [5]
Intelligence, International Security adalah isu penting dihadapi dunia global dan adanya tren yang terus membentuk intelijen dan perkembangan geo-strategis di abad ke-21. Kompetensi SDM yang melampaui [beyond] perlu dilakukan demi terciptanya martabat manusia universal untuk semua stakeholders memiliki kesadaran tentang cara di mana masalah intelijen memanifestasikan diri dalam masalah keamanan dalam perdamaian dan perang. Hakekat Intelligence & International Security adalah upaya memperjuangkan dan mempertahankan dunia yang adil dan beradab maka pemahaman tentang dilema etika yang terkait dengan aktivitas intelijen mendapatkan pemahaman yang baik.
Ke [10] Kompetensi Memahami Ilmu Semiotika. Kompetensi dalam kemungkinan membuat dugaan sampai simpulan dengan menggunakan terma hakekat Homo Habilis (manusia pintar menggunakan tangan); Homo Erectus (manusia berdiri tegak), Homo Ergaster (manusia cerdik pandai), Homo economicus, zoon politikon, Homo Luden (manusia bermain), homo Faber (bekerja), sampai teori Homo Sapien Darwin tentang Origin of Species. Hasil penelitian saya tentang tema "Secret of Java" menunjukkan kehidupan manusia sebelum sesuatu itu terjadi [ilmu before] dipastikan ada tanda-tanda. Riset saya menyatakan Hewan, Manusia, adalah mahkluk Simbol {"Animal Symbolicum Ernst Cassirer 1874-1945"}.
Maka kurikulum dan Pendidikan Intelligence harus berisi dan memahami menguasi rerangka pemikiran semiotika sebagai ilmu tanda-tanda. Konsep pemikiran Ilmu Semiotika: Charles Sander Pierce (1839- 1914), Ferdinan de Saussure (1857-1913), Roland Barthes (1915- ), Roman Jakobson (1896-1982), Louis Hjelmslev (1889-1966), Susanne Katherina Langer (1895 - 1985), Umberto Eco (1932-), Ogden dan Richards (1923), George Herbert Mead, Erving Goffman (1922-), Charles Horton Cooley (1864-1929), Herbert Blumer (1900-1987). Tugas seorang analis intelligent mampu membuat dalam sistem untuk melakukan trans substansi pemikiran ini dalam pemetaan masalah, dan solusinya dengan menggunakan ia sebagai data baik kualitatif, dan kuanitatif.
Dengan preposisi seluruh realitas didunia ini apapun baik dijagat alit, dan jagat gede dapat dipahami dengan perspektivisme (world view) dengan segala argumentasinya pada kerangka pemikiran semiotika Ferdinand de Saussure (1857-1913). Kompetensi intelligent dengan melakukan trans susbstansi kejadian [event before, dan after] bersifat repetitive dapat dijelaskan dengan menggunakan indicator-indikator sebagai berikut: (1) signifier (penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk), dan content (isi); (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); (4) synchronic (sikronik) dan diachronic (diakronik); serta (5) syntagmatic (sintagmatik), (6) associative (paradigmatic). Untuk menghasilkan "bildung" dunia intelligent.
Bersambung
Daftar Pustaka: Apollo Daito., Laporan Hasil Riset., 2018., Pendidikan Intelligence dan Martabat Manusia Universal Mataram Kuna pada Epsiteme [Weruh Sadurunge Winarah].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H