Metafisik Geist Simbol-simbol Ibu Kota NKRI [4]
Pada tulisan ke [4] ini saya menguraikan pemikiran lebih agak kongkrit tentang perlunya pertimbangan kemungkian jika memang akhirnya diputuskan Kalteng di jadikan ibu kota NKRI sebagai keputusan final. Karena itu pendekatan tulisan ke [4] ini lebih menekankan pada aspek {Budaya} atau kerarifan local yang kemudian menjadi tulisan ini hadir. Sesuai dengan tulisan [1.2,3] dengan tema yang sama dapat memberikan tafsir metafisik tentang hubungan antara 4 aspek relasi alam irasional, sesama manusia, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Kita semua masyarakat dan berbangsa setuju bahwa Indonesia dan Pancasila adalah finalitas dan apapun semua Tanah dan Air di Indonesia dikuasi oleh Negara demi kemakmuran dan keadilan social. Dan bumi tanah air Kalimantan dijadikan ibu kota NKRI harus ada kejujuran dan kepastian bahwa nasib tanah air Kalteng khususnya atau Kaltim, bisa menjadi rakyat lebih baik local, dan secara umum untuk Indonesia dalam rangka keadilan social bagi seluruh rakyat.
Perlu dicatat secara bersama sama sejarah mencatat bahwa jauh sebelum ada apa itu Indonesia, semua suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi purba atau sudah memiliki tradisi atau kearifan local; bagimana masyarakat menjadikan dirinya hidup, berkembang sesuai kodratnya sebagai manusia yang dipahami pada dirinya sendiri. Pada kondisi ini ada yang saya sebut Aspek kebudayaan yang disebut dalam istilah "segala sesuatu itu mesti tahu batas pada kondisi tertentu". Batas apa yang disebut pantas, dan tidak patas, batas antara wajar dengan kurang ajar, batas batas etika dan moralitas atau sekarang disebut aspek Humaniora;
Pertanyaan tulisan ini adalah bagimana pandangan Budaya Kalteng [Khususnya Dayak Manyaan Kalteng] dikaitkan dengan taksiaran 1,5 juta sampi 2 juta ASN, atau PNS, TNI, Polri, dan semua aparatur Negara menghuni Kalteng sebagai pendatang baru dalam beberapa tahun masuk sejak ibu Kota itu pindah. Padahal data BPS penduduk Kalteng tahun 2009 sebanyak 2. 183.668. Artinya secara jumlah penduduk Kalteng tiba-tiba bertambah sama dengan kenaikan 100% dalam waktu yang sangat singkat.
Ke [1] Pada kondisi ini dengan demikian kekuasaan institusi Negara dan rasionalitas UU, kekuasan politik dan tata Negara adalah mungkin ada perbedaan dalam implementasi ketika memasuki wilayah Kalimantan [Kalteng]. Atau dikenal dengan benturan Nilai-Nilai dan Cara Pandang. Bagimana mungkin suatu wilayah tiba-tiba mendadak kedatangan dengan taksiaran 1,5 juta ASN, atau PNS, TNI, Polri, dan semua aparatur Negara menghuni Kalteng sebagai pendatang baru dalam beberapa tahun mendadak masuk sejak ibu Kota itu pindah. Padahal data BPS penduduk Kalteng tahun 2009 sebanyak tidak lebih dari 2 juta jiwa atau data BPS berjumlah 2. 183.668 Jiwa.
Artinya secara jumlah penduduk Kalteng tiba-tiba bertambah sama dengan kenaikan 100% dalam waktu yang sangat singkat. Para pendatang ini secara intelektual lebih baik, lebih unggul, dalam cara hidup, dan kebudayaan lebih memiliki kualifikasi SDM modern, dibandingkan warga Negara Indonesia Kalteng yang hampir dalam semua aspek tertinggal jauh. Ada jurang yang dalam dalam proses ini, ada kekosongan pemahaman dalam kondisi, situasi, dan benturan nilai-nilai;
Ke [2] Ada istilah dalam bahasa Kalteng [Dayak atau Dayak Manyaan]; Manang Putut, Talau Ngumung [Jika diterjemah dalam bahasa Indonesia adalah [menang yang memiliki pohon buah, tetapi kalah memetik hasil buah]. Artinya klaim seperti ini memiliki makna [mohon maaf] pendatang lebih menang dan sukses dibandingkan penduduk asli. Saya hanya memberitaukan kepada aparat Negara atau para punggawa di republic ini bahwa kondisi ini harus dianalisis secara mendalam supaya dikemudian hari tidak terjadi konflik horizontal dan membuat proyek Ibu Kota NKRI di Kalteng menjadi tidak efektif atau memiliki high risk.
Ke [3] Secara umum ada watak khusus walaupun tidak semuanya; watak [geist] yang dimiliki oleh Kalteng [Dayak atau Dayak Manyaan]; disebut [Pu'ung] dibahasa Indonesiakan adalah kurang lebih sifat cepat sakit hati, dan memendam sakit hati, menyimpan sakit hati. Dan sifat ini dengan berdiam diri tertutup. Kalaupun diganggu berkali-kali tidak akan marah, dan cenderung dinilai orang lain dia adalah {"bodoh"].
Setiap anda ganggu dia diam, dan tidak mempersoalkan itu, sampai beberapa kali. Namun sampai titik teretntu secara kolektif persis didalam posisi seperti itu mau tidak mau atau suka atau tidak suka menyakti dirinya sama dengan menyakiti tanah tumpah darah, dan alam leluhurnya. Dan persis dalam kondisi tersebut maka kekuatan metafisik akan ditempuh.
Kita tahu saat Kepolisan Negara dipaksa mundur oleh pendemo di Tamiang Layang Bartim Kalteng beberapa tahun lalu menghadang Demo khasus Pilkada. Hal ini terjadi tiba-tiba dilakukan tokoh adat menabur beras kuning, dengan daun sawang, darah ayam, dan daun kepala, memanggil roh mistik dan melakukan ritual. Dan mohon maaf aparat Negara tidak mampu melakukan rasionalitas sebab daya mistik dan kekuatan leluhur akan bermain. Demikian juga kita mesti ingat Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu.