Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Kajian Filsafat: Mei Day Keabadian Penderitaan Umat Manusia [3]

Diperbarui: 1 Mei 2019   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kajian Filsafat: Mei Day Keabadian Penderitan Umat Manusia [3]

Dengan demikian maka system Kapitalisme atau akumulasi modal dan laba bunga dividen rolayti dan sewa bersifat alienatif atau membuat system  para pekerja dieksploitasi. Kaum kapitalis mampu melakukan ini karena mereka memiliki kekuatan lebih besar, dan mengontrol alat-alat produksi. Selanjutnya, karakter pekerja dipengaruhi  negatif oleh system ketidaadilan bagi para kaum budak sudra atau proletar.

Kemudian cara   produksi sebagai idiologi masuk menjadi mekanisme system pada Struktur ekonomi masyarakat termasuk cara mendefinisikan cara hidup masyarakat. Ini terdiri dari alat produksi serta hubungan produksi. Hubungan produksi - Hubungan antara orang-orang yang diperlukan untuk suatu bentuk produksi material tertentu. Ini terdiri dari distribusi alat-alat produksi, bentuk kepemilikan (kepemilikan pribadi kolektif, atau hak milik individu), dan distribusi produk.

Itulah maka mengapa kondisi Pak Anton Boediman, dan mungkin jutaan umat manusia lainnya di Indonesia sampai hari ini nasibnya tidak berubah [teraliensi], dalam artian hanya bahagia 1 hari dalam 1 bulan masuk dalam struktur [instrumentalisasi] manusia; dimana dia hanya memiliki satu alat produksi yang tidak penting kerena dapat disubstitusikan dengan mesin.

Maka Pak Anton Boediman, dan mungkin jutaan umat manusia lainnya hanya bisa menawarkan "tenaga kerja" atau bekerja sama orang lain. Uniknya hasil kerja Pak Anton Boediman, dan mungkin jutaan umat manusia lainnya  [buruh]  bukan menjadi miliknya. 

Artinya Hasil kerjanya di transfer menjadi milik orang lain atau diserahkan kepada orang lain yakni pemilik modal atau pengusaha. Yang dinamakan oleh Karl Heinreich Marx sebagai tindakan manusia berhala. Maka Mar menyebut nasib kondisi  Proletar dengan Borjouis.

Presiden Indonesia Pertama menyebut Marhaenisme. Marhaenisme diambil oleh Pak Soekarno ketika berdialog dengan petani di wilayah Jawa Barat itu adalah Aen. Dalam dialog antara Bung Karno dengan petani tersebut, selanjutnya disebut dengan panggilan Mang Aen. Petani tersebut mempunyai berbagai faktor produksi sendiri termasuk lahan, cangkul, bibit padi, pupuk kotoran hewan diproduksi sendiri, namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya yang sederhana.

Sebagai  idiologi Marhaenisme menentang penindasan manusia atas manusia. Idiologi Presiden Soekarno ini diadopsi dari Karl Marx atau Marxisme dengan mengambil sisi budaya Indonesia. Soekarno mencetuskan Marhaenisme yakni untuk mengangkat harkat hidup Massa Marhaen (terminologi lain dari rakyat Indonesia), yang memiliki alat produksi namun (masih) tertindas. 

Meski demikian, pengertian Marhaen ditujukan kepada seluruh golongan rakyat kecil pegawai/ pekerja/ buruh/ budak/ kuli terutama manusia pinggiran [teralienasi] seperti buruh tani tanpa lahan, nelayan atau disebut kamu Proletar yang hidupnya dikuasai dimiliki oleh orang  kaya dan penguasa pemilik Kapital atau disebut kaum "Borjuis".

Kata idiologi Marhaenisme ditransformasi dari kata Marx, Hegel, dan Engels tokoh filsafat dan peletak dasar pemikiran system sosialisme.   Marx (1818-1883) adalah seorang filsuf, ekonom dan sosiolog Jerman, serta seorang revolusioner politik. Marx bertemu Engels (1820-1895) ketika pindah ke Paris setelah 1843, dan mereka bekerja bersama dalam beberapa esai.

Marx memiliki beberapa pengaruh intelektual yang penting. Salah satu pengaruh utamanya berasal dari karya Georg Wilhelm Friedrich Hegel's 1807 The Phenomenology of Spirit (Phnomenologie des Geistes) atau fenomena mental kesadaran manusia Hegel menyatakan bahwa sejarah umat sebagai proses dunia menjadi sadar akan dirinya sebagai roh mengalienasikan diri menjadi bentuk lain. Dan diakhir sejarah aka nada rekonisilasi. Maka perjalanan manussia dalah berbentuk tesis, anti tesis, dan rekonsiliasi akhir sejarah sintesis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline