Catatan Kritis Untuk Warga Kompasiana
Sebagimana kita pahami bersama-sama tiap organisasi atau apapun sebuah lembaga tentu memiliki visi dan misi yang ingin dipahami.
Namun secara umum ataupun secara khusus tujuan media termasuk Kompasiana adalah ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai dokrin idiologi bangsa.
Tentu saja cita-cita semacam ini adalah idial bagi kebaikan umat manusia universal, dalam membangun kebersamaan dalam wadah apa yang disebut sebagai phronesis jiwa kebangsaan.
Terlepas pada apapun mediapun dipastikan tidak lepas pada kepentingan bisnis, dan segmentasi pasar sebagai demand market para pembacanya. Dan suka tidak suka media inipun terbawa dalam kondisi paradox kepentingan lain yang saling beralienasi.
Dengan memahami 8 bulan terakhir pada berita warga Kompasiana, maka ada percampuran 3 hal pokok antara [a] idiologi kebangsan; [b] kepentingan segmentasi pasar atau bisnis pada segmentasi pembaca peminat, dan [c] idiologi pendiri [manajemen] Kompasiana yang memiliki seleksi hak tayang pada kriteria tertentu menjadi saling berbenturan, saling menguatkan, atau bahkan saling melemahkan.
Sebagai pendidik saya akan menyampaikan beberapa catatan yang mungkin membutuhkan pemikiran bersama-sama pada isi atau konten tayangan Kompasiana, antara lain:
Ke [1] Jika meminjam idiologi kebangsaan maka seharusnya tulisan atau gagasan warga Kompasiana adalah dalam rangka mendidik, judul, isi, dan ulasan bermartabat, membangun optimisme bersama-sama. Termasuk tidak mudah dan gampangan menayangkan tulisan yang membawa opini yang tidak dipastikan [fakta data angka] demikian adanya atau lebih subjektif dan kurang objektif.
Ingat Platon sebagai penggagas pemikiran rasionalisme menyatakan bahwa manusia harus mengusakan kebaikan, dan menunju manusia berkeutamaan, dan tidak hanya menulis pada gagasan doxa, atau persepsi indrawi tanpa daya nalar yang memadai.
Ke [2] Dengan tegaknya Jiwa Rasional maka idialnya tulisan warga Kompasiana tidak berat sebelah ["seperti neraca serong"] dalam muatan tulisan, bernada kampanye, dan tidak menuliskan gagasan dengan fakta/data.