Filsafat Seni Mimesis [174]: Gadamer Tetang Simbol
Banyak pengertian tentang manusia, dan hanya manusia yang berbicara seni, non manusia tidak mungkin membahas seni. Maka penegrtian manusia seni selalu dikaitkan secara ontologis pada hakekat filsafat manusia yang bermacam-macam misalnya Homo Habilis (manusia pintar menggunakan tangan); Homo Erectus (manusia berdiri tegak), Homo Ergaster (manusia cerdik pandai), Homo economicus, zoon politikon, Homo Luden (manusia bermain), homo Faber (bekerja), sampai teori Homo Sapien Darwin tentang Origin of Species.
Aristotle menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang memiliki rasionalitas {"Human" as "the Rational Animal"}. Saya sampai beberapa tahun mengapa kata "animal" atau Hewan selalu ditempelkan pada pendefisian manusia. Secara filologi artinya dalam bahasa Latin "animalis", berarti "memiliki napas".
Maka teks dan pemikian ini menghasilkan percabangan pemikiran oleh Ernst Cassirer 1874-1945 disebut "Animal Symbolicum" adalah seni memahami realitas dunia, ada pada tatanan symbol. Maka wajar jika "Ernst Cassirer" memahami kebudayaan dan perilaku manusia melalaui symbol atau disebut "Animal Symbolicum".
Kata "animal symbolicum" (mahluk pencipta simbol) oleh Ernst Cassirer ini adalah wujud adalah pada satu sisi adalah "penanda (Signifier)" dan sisi lain sebagai "petanda (Signified)", dan hal "tanda (signs)" itu sendiri. Kemudian berkembang menjadi cabang ilmu semiotika atau teori tanda" atau "semiotika".
Kata simbol atau tanda berasal dari bahasa Yunani, semeion, berarti "tanda" atau seme, berarti "penafsir tanda". Semiotika memiliki makna (1) terjemah atau translation, (2) tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi, dan (4) makna atau meaning. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (sebagai makna referensial). Oleh Charles Sander Pierce (1839- 1914), dimaknai sebagai, tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).
Atau oleh Ferdinan de Saussure (1857-1913), menjelaskan angka-angka matematika sebagai: (1) signifier(penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk), dan content (isi); (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); (4) synchronic (sikronik) dan diachronic (diakronik); serta (5) syntagmatik (sintagmatik), (6) associative (paradigmatic). Tanda oleh Roman Jakobson (1896.- 1982), semotika memiliki enam fungsi, yaitu: (1) fungsi referensial, pengacu pesan; (2) fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara; (3) fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak; (4) fungsi metalingual, penerang terhadap sandi atau kode yang digunakan; (5) fungsi fatis, pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak; dan (6) fungsi fuitis, penyandi pesan. Ogden, Richards (1923) makna saling berhubungan Referent', dan 'Reference' secara langsung berhubungan (berkaitan dengan 'Symbol).
Tema Hans Georg Gadamer (1900-2002] berbicara masalah simbol. Untuk memvalidasi pembahasan ini bisa menguasai dan memakai pemahaman pada pembahasan simbol pada gagasan Paul Ricoeur (1913--2005) buku teks "Symbolism of Evil" dan buku keduanya berjudul "Theory of Interpretation: Discourse and the Surplus Meaning". Buku lain adalah teks Jacques Derrida tentang tema "Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences" atau teks books tema "Deconstruction is a critical the relationship between text and meaning.
Dan tentu saja terakhir adalah teks books oleh Teori kritik Jurgen Habermas sebagai pewaris Madzhab Kritik Frankfurt bahwa merupakan seni memahami adalah berusaha mengawinkan antara obyektifitas dengan subyektifitas, antara yang saintis dengan filosofis, antara yang ontentik dengan yang artikulatif. Teori kritis berusaha untuk putus teori tradisional, karena ia memposisikan obyek sebagai sesuatu yang tak tersentuh (untouchable) alias obyektif, apa adanya.
Simpulan saya maka memasuki pemikiran Gadamer akan lebih mudah jika memahami teks lain sebagai pembanding literaur untuk kemudian mengembangan tatanan teori seni baru bila mungkin.
Pemikiran Gadamer menyatakan bahwa "simbol" adalah istilah Yunani untuk tanda peringatan (tessera hospitalis ). Simbol berkonotasi (secara eksplisit) apa yang dikenali secara implisit. Ini dikaitkan dengan fragmentaris dan janji kelengkapan "pada gilirannya menyinggung keindahan dan kemungkinan tatanan keseluruhan dan suci". Simbol kemudian dikaitkan, dengan gagasan tentang pengulangan dan harapan untuk banyak makna. Hubungannya dengan spekulatif paling baik dihargai dengan merujuk pada tanda.