Marx, Engels: Manifesto Komunis [1]
Tulisan ini adalah bahan debat diskusi saya dengan seorang pakar lulusan Doktor (S3) filsafat alumi STF Driyarkara tahun 2012 lalu. Bedah konsep tersebut dilakukan pada empat gagasan utama buku (1) buku "The End of Ideology" tulisan 1960 oleh Daniel Bell, buku ke (2) adalah "The End of History and the Last Man" karya Francis Fukuyama tahun 1992; buku ke (3) adalah Thomas Hobbes judulnya "Leviathan" or The Matter, Forme and Power of a Common Wealth Ecclesiasticall and Civil, dan buku ke (4) Georg Wilhelm Friedrich Hegel's 1807 The Phenomenology of Spirit ; dipakai menginterprestasikan buku "The Communist Manifesto" (1848) karya Karl Marx and Friedrich Engels.
Hasil telahan akademik tersebut tidak bisa saya sampaikan dalam tulisan ini, karena berbahaya bisa disalah tafsirkan apalagi bila dipahami dengan kurangnya mental jiwa rasional untuk menimbang dan memahami semua aspek.
Justru pada tulisan ini saya menyajikan pokok-pokok gagasan Communist Manifesto, karangan Karl Marx and Friedrich Engels tersebut dengan sedikit mengubah konsep dan interprestasi dibeberapa aspek.
Pada tahun 1847, sekelompok pekerja radikal disebut "Liga Komunis" bertemu di London. Mereka menugaskan Karl Marx dan Friedrich Engels, menjadi anggota, untuk menulis manifesto atas nama mereka, dikenal sebagai Manifesto Komunis.
Marx adalah penulis utama, dengan pengeditan dan bantuan Engels. Manifesto Komunis awalnya diterbitkan di London pada tahun 1848. Pada semua dokumen sosialisme modern, paling banyak dibaca dan paling berpengaruh. Ini adalah pernyataan sistematis pada filsafat yang kemudian dikenal sebagai Marxisme.
Marx (1818-1883) adalah seorang filsuf, ekonom dan sosiolog Jerman, serta seorang revolusioner politik. Marx bertemu Engels (1820-1895) ketika pindah ke Paris setelah 1843, dan mereka bekerja bersama dalam beberapa esai.
Marx dan Engels terkenal karena tulisan-tulisan revolusioner mereka tentang Komunisme. Salah satu pengaruh intelektual utama Marx adalah karya GWF Hegel. Teori Hegel menyajikan sejarah sebagai suatu proses di mana dunia menjadi sadar dirinya sebagai roh objektif.
Marx mengambil gagasan ini dan memajukannya, dengan menyatakan ketika manusia menjadi sadar dirinya sebagai roh, dunia material membuatnya merasa semakin terasing dari dirinya sendiri (teori alienasi diri). Melarikan diri dari keterasingan ini membutuhkan sebuah revolusi.
Marx dan Engels tidak hanya puas dengan teori tentang revolusi dalam abstrak. Namun Marx & Engels berpikir bahwa teori hanya berguna sejauh mempromosikan perubahan sosial, memperjelas cara dan ujung revolusi tepat; tidak hanya penulis konsep, tetapi memerlukan aktivitas tindakan, dan percaya dengan berteori mereka secara aktif mempengaruhi sejarah.
Manifesto Komunis dapat dipahami sebagai salah satu upaya untuk mempengaruhi sejarah dengan menyebarkan informasi tentang gerakan komunis menjadi idiologi perjuangan.