Hegel| "History of Philosophy" Filsafat Sejarah [4]
Menegangkan, dan tidak mudah memahami buku ini, 24 kali saya membaca belum paham sepenuhnya selalu ada pemahaman saya yang meleset, kurang, dan memang rumit dibutuhkan ketekunan mental untuk memahami Hegel. Maka ketekunan dan tahan duduk lama supaya dapat memahaminnya.
Maka pada tulisan ini saya akan memaparkan singkat tentang teks Hegel| "History of Philosophy" atau Filsafat Sejarah. Teks ini terdiri dari pengantar Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), pada serangkaian ceramah kuliah tentang "filsafat sejarah" atau ada dalam teks Lectures on the History of Philosophy (LHP; German: Vorlesungen uber die Geschichte der Philosophie, VGPh, delivered 1819, 1820, 1825-6, 1827-8, 1829-30, and 1831).
Berikut ini hasil kajian pustaka penelitian yang saya pakai, khususnya berkaitan dengan bab 3 tentang Hegel "History of Philosophy" atau Filsafat Sejarah.
Pada bab ini Hegel episteme tidak dapat berjalan tanpa perhatian serius pada sifat Roh itu sendiri, mulai dari ciri-cirinya yang abstrak hingga instantiasinya sepenuhnya terbentuk di dunia konkret ("dunia" berarti baik sifat mental maupun fisik, tetapi mengatakan sifat fisik hanya "menimpa" pada sejarah, sedangkan Spirit adalah "substansi" sejarah yang sebenarnya).
Pertimbangan langsung dari Spirit ini akan dipecah menjadi dua tema yakni: (1) Karakteristik abstrak Roh, (2) menggunakan Roh untuk mewujudkan Idea-nya." Bentuk Spirit (roh, jiwa, atau mental) sepenuhnya menyadari di dunia berbentuk Negara.
Analisis Hegel karakteristik Spirit abstrak dimulai dengan fokus pada kebebasan sebagai esensi Spirit. Jika esensi materi adalah ketergantungannya pada kekuatan gravitasi eksternal, esensi Spirit adalah ketergantungannya pada prinsip internal kebebasannya.
Maka Spirit "memiliki pusatnya sendiri." Semua karakteristik Roh "hanya hidup dengan sarana kebebasan,". Maka kebebasan adalah sarana akhir Roh (dalam abstrak). Singkatnya, "kebebasan adalah satu-satunya kebenaran Roh."
Menurut Hegel, Roh kebalikan materi dalam hal kesatuan, dan materi selalu dalam bagian. Roh sepenuhnya bersatu (karena itu bergantung pada apa pun di luar dirinya). Keberadaan diri, dan ketidaktergantungan, terkait erat dengan kebebasan. Karena Spirit sepenuhnya mandiri oleh alam, dan kebebasan melekat di dalamnya sebagai prinsip utamanya.
Lebih lanjut, sifat mandiri ini merupakan, "kesadaran diri." Hegel mendefinisikan ini secara singkat sebagai kebetulan dua jenis kesadaran: "yang saya tahu" dan "apa yang saya ketahui." Spirit tahu bahwa ia tahu, dengan demikian menyatukan dirinya sebagai subjek dengan dirinya sebagai objek. Jadi Spirit itu bebas, mandiri, dan sadar diri, dan semua karakteristik ini saling bergantung hampir menjadi hal yang sama.
Hegel mengambil karakteristik ini sebagai "definisi abstrak" untuk pemahaman Spirit. Dengan mengingat hal itu, Hegel mengatakan sejarah dunia adalah "pameran Roh, kerja dari apa yang berpotensi." {"Spirit bagaikan benih"}, berakar di dunia dan mengungkapkan sifat internalnya secara eksternal dalam sejarah.