Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinsti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa). Ikon utama berupa metafora dalam bentuk Lingga-Yoni. Yoni, Lingga symbol wangsa Dinasti Sanjaya. Yoni adalah vagina atau mxxxk alat kelamin wanita, Lingga adalah koxxxxl atau penis pada lelaki.
Pada candi yang saya teliti saya sebut sebagai diskurus Lingga Yoni atau Diskurus Seks, atau saya sebut sebagai Filsafat Seks pada Pantheon Lingga Yoni dapat dijadikan episteme dan cara memahami dunia dengan bertanggungjawab, dan memenuhi kaidah akademik.
Pada bagian (3) sudah saya jelaskan pergeseran atau trans-substansi Filsafat seks menjadi Seksuasi, dikaitkan dengan dua tokoh filsafat ekonomi (a)Thomas Robert Malthus (1766--1834) diperlukan pengendalian jumlah penduduk.
Padahal jumlah penduduk sejatinya ditentukan oleh hubungsan seks manusia. Adanya campur tangan regulasi, dan paradoks bisnis seks (alat seks) untuk pemulihan organ-organ seksual pria wanita, dan seterusnya. Dan pemikiran ke dua (b) filsafat Adam Smith bahwa Income Perkapita yaitu pendapatan jumah rata-rata penduduk, kemudian asal penduduk atau perkepala (manusia), maka secara private itu berasal dari pernikahan atau hubungan hasil seks, melahirkan anak.
Dengan mudah dipahami bahwa dokrin ekonomi klasik, dan modern gagasan John Maynard Keynes (5 Juni 1883-21 April 1946) menerbitkan buku terpenting dalam bidang ekonomi The General Theory of Employment, Interest, Money terbit tahun 1936 sebagai buku wajib pendidikan pascasarjana ilmu ekonomi pasti memahami betul keberlanjutan teori Smith, Malthus, gagasan lain didukung oleh Milton Friedman, dan Hayek, dan sampai post Keynesian bahwa pasar bebas mutlak dan wajib dianggap terbaik dalam membangun "Wealth of Nations".
Bahkan tokoh pemikir abad ini Yoshihiro Francis Fukuyama menyatakan "The End of History and the Last Man" tahun 1992 menunjukkan bahwa sejarah sudah selesai dengan kejayaan kapitalisme, dan demokrasi liberal sebagai idiologi tunggal umat manusia, dengan berakhirnya perang dingin.
Sekalipun kritik yang tidak kalah menarik apa yang digagas oleh Daniel Bell pada bukunya "The End of Ideology". Buku ini jelas arugmentasi ilmiah yang memaparkan kegagalan dan kelemahan ekonomi pasar, globalisasi, dan demokrasi liberal untuk membangun apa yang disebut membangun "Wealth of Nations".
Maka dengan dukungan Daniel Bell pada bukunya "The End of Ideology" pada analisis tulisan ke (4) ini saya akan melakukan transformasi tahap kedua yakni menggeser makna ["Filsafat Seks, Menjadi Seksuasi, Menjadi Kapitalisme"].
Bagimana hal ini dijelaskan. Saya akan meminjam filsafat Hannah Arendt (lahir 14 Oktober 1906 -- meninggal tanggal 4 Desember 1975), murid Genius dan mantan pasangan Martin Heidegger. Buku teks yang saya pinjam pada pemikiran Hannah Arendt berjudul "Human Condition terbit tahun 1958. Dan Buku kedua adalah The origins of totalitarianism.
Tidak dapat disangkal mekanisme pasar bebas lah yang mengubah ruang public menjadi kehidupan bisnis. Maka buku Hannah Arendt berjudul "Human Condition" adalah mengkritik mekanisme pasar bebas yang menghabiskan solidaritas warga, dan ketidakmampuan melawan dominasi, merugikan public, dan menghendaki adanya perubahan.
Tidak ada celah warga untuk berkumpul dan bertidak bersama untuk mengubah keadaan atau ruang warga dalam memperbincangkan diskursus persoalan-persaolan public atau public use reason. Hannah Arendt mengidialkan ruang public menajdi tempat yang lepas dari rezim kekerasan, dan kepentingan bisnis.