Tulisan ini adalah bagian riset kajian pustaka interprestasi hermenutika pada Wangsa Sailendra atau Syailendra dengan meminjam kajian mitos ["Odysseus"] yang dilakukan oleh (die Frankfurter Schule). Saya meminjam interprestasi dengan menggunakan pemikiran teori kritik Adorno, Horkheimer pada mahzab Frankfurt (die Frankfurter Schule) dikaitkan dengan tema mitos dan dialektika pencerahan. Pemikiran kritik Adorno, Horkheimer dilatar belakangi pada Hegelianisme Kiri, Marxisme, Psikonalisis Freudian.
Mahzab Frankfurt (die Frankfurter Schule) menghasilkan dan melahirkan pemikiran sebagai berikut: "rasio instrumental" (Horkheimer) atau "mitos" (Adorno dan Horkheimer), "selubung rasionalitas teknologi" (Marcuse), "sangkar besi birokrasi" (Weber) serta alienasi dan penindasan (Marx). Maka focus pada tulisan artikel ini adalah "rasio instrumental" (Horkheimer) atau "mitos" (Adorno dan Horkheimer) meminjam kajian mitos ["Odysseus"] Yunani Kuna untuk memahami pencerahan umat manusia dengan segala dimensinya.
Tokoh Adorno, Horkheimer adalah tokoh mahzab Frankfurt terpenting dalam menafsir makna perkembangan rasionalitas manusia pada era pencerahan sebagai upaya pentahapan manusia modern sebagaimana di kemukakan oleh Filsfuf Perancis bernama Isidore Marie Auguste Franois Xavier Comte (1798-1857) atau di kenal Comte pada 3 tahap perkembangan ilmu.
Tiga tahap tersebut adalah the theological stage tahap teologia, (2) the metaphysical stage, tahap metafisika, and (3) the positive stage dan tahap positivisme. Tiga tahap ini disebut "progress" atau kemajuan peradaban manusia modern. Tentu saja konsep Comte ini sesuai dengan ide Immanuel Kant tentang fakultas akal budi manusia dan fakultas kesan indrawi akan membebaskan manusia dari kebodohan, keterbelakangan, dan membangun konsititusi registrasi akal budi manusia yang aktif dan menghasilkan.
Pada sisi lain kemajuan modern memberikan dampak positif misalnya tidak ada manusia mati karena TBC, buta kena katarak, atau Jogja Jakarta jalan kaki, ada pesawat terbang, kerata api, listrik, komputer, iphone, dan seterusnya bahwa kemajuan dirasakan sekarang ini bukan karena doa, tetapi karena otak manusia (daya rasional) atau disebut pencerahan. Keberanian melompat, dan progress ini akan membawa umat manusia pada pencerahan, atau kemajuan zamanan atau proses modernitas dengan memahami rasionalitas suatu masyarakat.
Madzhab Frankfrut" (die Frankfurter Schule) dengan tokoh mengkritik moderenitas dan pencerahan dengan tokoh Theodor Ludwig Wiesengrund Adorno (1903-1969) dan Max Horkheimer(1895-1973), Herbert Marcuse (1898--1979). Pokok gagasan Herbert Marcuse terkait konsep Rasionalitas Teknokrat bekerja dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat industri maju bergerak dipelihara dan didogmakan.
Herbert Marcuse salah satu "anak didik" Heidegger mengembangkan Gerakan Kiri Baru dan tokoh generasi pertama Mazhab Frankfurt (die Frankfurter Schule). Dan pada sisi lain bidang teoretis dan kritik ideologi bersama Horkheimer dan Adorno.
Rasio instrumental menurut Marcuse telah mereduksi manusia menjadi satu dimensi (one dimensional man) atau dominasi tunggal atau narasi tunggal, di mana semua aspek kehidupan manusia: semua menjadi seragam, matematika, olahraga, pemberian kriteria, lagu, puisi, seni, alat music, tatacara kuliah, ritual agama, ilmu pengetahuan, dan bahasa, direduksi pada kepentingan kontrol teknis. Sekali lagi dinyatakan "semua menjadi seragam". Atau menjadikan manusia bengkel, dan siap menjadi intrumentalisasi manusia dengan manusia untuk menciptakan dialektika material, dan pencirian pada dominasi rasio instrumental.
Madzhab Frankfrut (die Frankfurter Schule) menyimpulkan bahwa ada pergeseran paradigm pada tatanan manusia (lihat pada Comte) bahwa "dahulu animisme menjiwakan benda-benda, namun saat ini industrialisme dengan rasio teknokrat membendakan jiwa-jiwa" atau semacam berhala baru [fetishisme] model Marx. Ada semacam demitologisasi (menyerupai Demitologisasi Rudolf Karl Bultmann digeser pada maknanya) menjadi pemikiran pencerahan (aufklarung) lewat rasionalisasi di segala bidang.
Namun kajian ilmu social Madzhab Frankfrut (die Frankfurter Schule) menyataka ada kegagalan pada rasionalisme telah menjadi mitos baru dalam pemikiran tindakan dirumuskan pada ["Masyarakat Satu Dimensi"] untuk kriteria relasi antara teknologi (teknokrat), dan dominasi. Bahan teknologi juga dipakai sebagai alat manipulasi, atau penyadapan data KPU atau memenangkan salah satu pasangan, dipakai dalam dunia intelligent, dan memungkinkan tidak ada jarak dalam tatanan.
Dengan alasan atas nama dan dihadapan "hakim rasionalitas", menghilangkan semua mitos (mitos tidak efisien), membebaskan dari tradisi, dan meng-alienasi umat manusia secara universal atas nama di sebut "kemajuan". Pencerahan adalah sarana dominasi menjadikan ["Masyarakat Satu Dimensi"].