Gadamer: Wahrheit und Methode "Permainan" (12)
Karya Gadamer pada Truth and Method atau Truth and Method (Wahrheit und Methode) (Kebenaran dan Metode). Pada tulisan (11) ini saya akan membahas reinterprestasi ulang Gadamer ontologi Karya Seni dan Makna Hermeneutikanya dikaitkan dengan konsep ["Permainan"].
Gagasan Hans Georg Gadamer pada konsep ["Permainan"] ada pada bagian II buku (Wahrheit und Methode) untuk membebaskan pemikiran Immanuel Kant (1724-1804), dan Johann Christoph Friedrich von Schiller (1759--1805) yang mendominasi pemahaman filsafat seni modern.
Filsafat seni merujuk pada kata ["Permainan"] suatu posisi yang tidak berkaitan dengan state of mind (kesadaran) baik pencipta, dan penikmat seni, dan metode karya seni itu sendiri. Ada perbedaan antara ["Permainan"] dengan Sikap ["Pemanin"]. Kata ["Permainan"] dengan ["Pemanin"] adalah kegiatan atau aktivitas tidak sungguh-sungguh maka disebut {"bermain"}, artinya tidak sungguh-sungguh.
Konsep ["Permainan"] mempunyai hubungannya sendiri dengan sesuatu yang serius, dan berakhir pada tujuan permainan atau demi hiburan rekreasi belaka. Maka adalah penting bahwa ["Permainan"] itu sendiri mengandung kesungguhan. ["Pemain"] mengetahui bahwa ["Permainan"] ditentukan oleh tujuannya (final cause nya).
Maka nilai ["Permainan"] bila memenuhi tujuannya. Nilai ["Permainan"] memenuhi tujuannya jika pemain itu kalah di dalam permainanya. Seseorang yang tidak melakukan ["Permainan"] dengan serius adalah merusak permainan.
Maka pemain mengetahui dengan sangat baik apakah permainanya, dan apa yang dia lakukan kerjakan hanyalah sebuah permainan tetapi tidak mengetahui apa sebenarnya yang dia ketahui dalam mengetahui itu sendiri. Maka persoalan berkaitan dengan hakekat permainan itu sendiri tidak bisa menemukan jawaban jika kita melihat repleksi subjektif pemain dalam mewujudkannya. Karya seni bukan objek yang berseberangan dengan subjek sendiri (kesadaran estetik).
Karya seni mempunyai pengada sejatinya sendiri, pada kenyataannya yang mengubah manusia yang pengalaman orang yang mengalaminya sendiri. Subjek pengalaman seni bertahan dan abadi bukanlah subjektivitas pribadi yang mengalaminya, tetapi karya itu sendiri. Subjek adalah pokok dimana mode wujud permainan menjadi bermakna, tergantung pada kesadaran yang sedang bermain atau subjek-subjek melakukan permainan.
Pada sisi lain jika menalaah bagaimana ["Permainan"] digunakan dan menekankan pada makna transfer dapat ditemukan permainan tentang cahaya, gelombang, kasus penampilan, antar anggota badan, permainan kekuatan, permainan ketangkasan, dan permainan kata-kata retorika. Atau bahasa mengajukan sebuah karya abstraksi.
Hasil penelitian saya tentang makna (Gerakan tarian) ini memberikan spiel sebagai tarian, dan memperbaikinya dalam pengulangan yang konstan. Semua tarian Tari Bedhaya Ketawang (Bahasa Jawa: Tari Bedhoyo Ketawang), tarian Dayak Wadian Kaharingan Kalimantan dan tarian lainnya adalah memperbaiki dan menemukan pengulangan yang konstan.
Gerakan kemuka, kebelakang, kesamping, ke atas, ke bawah, sangat jelas dalam ["Permainan"] tidak penting apa dan untuk siapa gerakan ini dilakukan. Dimana pada akhir dan proses tarian berlangsung ada semacam perubahan keberbagai macam keragaman warna. Maka originalitas Tari Bedhaya Ketawang (Bahasa Jawa: Tari Bedhoyo Ketawang) atau Wadian Kaharingan Kalimantan ada di dalam ["Permainan"] berada ditengah-tengahnya atau sesuatu sedang berlangsung, dan representasi bahasa yang ditengahkan.