Gadamer: "Kebenaran, Dan Metode" [7]
Buku "Truth And Method", atau ["Kebenaran, Dan Metode"] atau (Wahrheit und Methode) kata kunci adalah filologi kata, dan konsep tentang ["sensus cummunis"]. Kata ["sensus cummunis"] artinya pemahaman komunitarian atau kesepakatan kelompok aliran pemikiran dokrin yang berlaku dalaam kelompok tertentu.
Pada pokok bahasan tentang ["sensus cummunis"], Gadamer membahas tentan pemikiran Giambattista Vico atau Giovan Battista Vico (1668-1744). Dengan meminjam dokrin Vico, dalam manifesto pendidikan berdasarkan pada kebenaran lama tentang seni bicara, retorika, dan unsur kebijaksaan klasik.
Hal ini membedakan tradisi Yunani Kuna Socrates yang dasar intelektualitas pada pembedaan antara ide-ide Sophia (bersifat theoria) dan phronesis (bersifat tindakan praktis), dikembangkan oleh kaum peripatik sebagai kritik idial kehidupan theoria, didukung manusia bijak masa Helenistik.
Kemudian pada idial Bildung Yunani Kuna kesadaran diri Romawi Kuna dengan latar belakang seni dan praktik hukum lebih dekat dengan idial praktis phronesis dibandingkan dengan ide Sophia (bersifat theoria).
Demikian juga dokrin Vico mengkritik kaum Stoa (regula veri) percaya pada kemampuan akal budi. Sementara pada sisi lain keunggulan retorika atau seni berdebat menjadi dominan, dan pentingnya pelatihan kaum komunitarian ["sensus cummunis"] atau pemikiran bahwa pemahaman menemukan komunitas. Menurut Vico keumuman manusia universal bukan pada akal budi abstrak, tetapi merepesentasikan ["sensus cummunis"] atau kelompok, masyarakat, bangsa, dan ras manusia, sebagai makna kehidupan. Giambattista Vico mendasarkan pada makna dan kebenaran retorika yang independen.
Pendidikan tidak bisa menghasilkan jalan pikiran atau penelitian kritis (Giambattista Vico). Malahan seni masih memungkinkan memberikan definisi tentang apa itu "pengertian". Giambattista Vico membela pemikiran kemampuan rhetorica melampaui pemikiran yang merujuk pada Platon dalam retorika kuna. Giambattista Vico mengungkapkan tentang kategori umum atau penimbangan (judgment) dan ajaran Stoa tentang kaum komunitarian ["sensus cummunis"], dan penggolongan apa yang disebut "di bawah" sebagai kriteria universal atau ["tujuan seseorang untuk mencari apa yang benar"] sebuah kehendak menjadikan manusia bermoral (hexis).
Aristotle menyatakan sebagai idial praktis ["phronesis wujud keutamaan intelektual"], pada titik inilah antara Aristotle dan gurunya Platon berselisih adalah dasar pijakan dokrin Giambattista Vico tentang ["sensus cummunis"].
Menurut pemikiran Skolastik atau masa Thomas Aquinas pada diskursusnya tentang "De Anima" ["sensus cummunis"] adalah akar pada dimensi luar menggabung panca indra untuk membuat pertimbangan apa yang dilakukan dan diberikan kepada semua obyek atau umat manusia. Namun bagi Vico, ["sensus cummunis"] adalah perasaan tentang benar dan kebaikan umum ditemukan pada semua umat manusia, diperoleh dari komunitas ["sensus cummunis"] dan diatur dalam tujuan-tujuannya. Giambattista Vico ["sensus cummunis"] dikaitkan dengan keselarasan dengan hukum alam kaum Stoa (koinai ennoiai).
Tetapi berbeda dengan dokrin Aristotle tentang "De Anima". Prosedur pemahaman historis atau penelitian historis tidak hanya bekerja dengan mengakui kepada kesaksian masyarakat terjadi pada bentuk sadar diri dari logika (Helmholtz).
Daftar Pustaka: Apollo, Daito.,2011. Pencarian Ilmu Melalui Pendekatan Ontologi Epistemologi, Aksiologi., Jakarta., Mitra Wacana.