Pertanyaan umum bagimana kita bisa mungkin paham. Tentu saja jawabannya berbeda-beda. Pada artikel ini saya menulis hasil penelitian saya pada tahun 2012 konsep Knower, Known, Knowing, Knowledge.
Secara hakiki, filsafat merupakan upaya untuk mengenal kemudian mengetahui atau mengerti sesuatu dengan menganalisis secara sistematis, metodologis segala sesuatu sebagai 'the being in the world'(alam semesta dan segala sesuatu yang ada). Yang ada atau the being dalam konteks ini artinya sejauh dapat dijangkau akal atau budi manusia. Dengan demikian, apa artinya: Mengenal, mengetahui atau mengerti, menganalisis, sistematis dan metodologis.
Mengenal adalah menangkap gejala atau fenomenon dari realitas atau the being. Hasil tangkapan itu disebut pengenalan. Mengetahui atau mengerti (subjek=knower) adalah menangkap inti terdalam atau hakekat realitas objektif (objek=known). Hasil pengetahuan itu adalah pengetahuan atau pengertian. Maka (a) pengetahuan manusia selalu berada dalam dua kutub, yakni yang mengetahui (knower = subjek) dan yang diketahui atau (known =objek) disebut sebagai realitas atau the being, (b) pengetahuan manusia selalu berawal dari pengalaman. Jadi mengetahui identik dengan meng-alami (known to nature). Frans Magnis Soseno (1997:123) menyatakan tokoh peletak dasar pemikiran induktif (empirisme = positivisme) adalah Francis Bacon (1561-626) yang menyatakan pengalaman merupakan sumber kebenaran yang dapat dipercaya.
Filosof bukan orang yang sudah mencapai dan memiliki kebenaran, tetapi selalu mengejar dan mencintai kebenaran. Filsafat adalah (1) sebuah tanda tanya, bukan sebuah tanda seru (!). Filsafat merupakan sebuah proses pencarian tanpa henti, sebuah quest(bertanya dan/ mempertanyakan) atau sebuah perburuan akan kebenaran tanpa akhir, (2) secara etimologis, filsafat terdiri dari du kata: philein (mencintai) dan sophi(kebijaksanaan). Maka filsafat identik dengan mencintai kebijaksanaan. Kebijaksanaan pada an sich adalah benar. Berfilsafat identik dengan proses menghayati/mencintai kebijaksanaan itu tanpa henti (etimologi filsafat). Kata "cinta" setidaknya mempunyai pengertian untuk dapat diwujudkan dengna nyata apabila ada penyatuan antara (knower = subjek), dan (known = objek) melalui proses knowing untuk menghasilkan knowledge yang bermanfaat bagi manusia.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (epistemedan logos) atau filsafat pengetahuan. Sebagai bagian epistemologi, filsafat ilmu mengkaji hakekat ilmu pengetahuan ilmiah manusia. Dalam pengkajian itu, filsafat ilmu mau menjawab: (a) persoalan-persoalan ontologis perihal pengetahuan manusia (akuntansi, auditing, manajemen keuangan, pemasaran, dan lain-lain. Apa yang diketahui, hakekat serta relasinya dengan daya serap manusia, (b) persoalan-persoalan epistemologis yaitu bagaimana proses serta prosedur yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan tersebut serta syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan yang benar, (c) persoalan-persoalan etis yaitu untuk apa pengetahuan itu diperoleh dan apa hubungannya dengan norma-norma dan nilai- nilai moral.
Posisi filsafat ilmu dalam bangun besar terdiri dari (a) philosophy of being (metafisika) meliputi ontologi, kosmologi, antropologi, (b) philosophy of science (epistemologi) meliputi: TOK (theory of knowledge), dan filsafat ilmu, dan (c) axiologyterdiri dari estetika, dan etika. Filsafat sebagai Actus Reflectionis" adalah Latin 'actus' (action/aksi) dan 'Reflectionis' (reflection/refleksi) mengacu pada kegiatan akal. Dalam konteks itu, ketika filsafat dikatakan sebagai actus reflectionis berarti pada hakekatnya filsafat adalah kegiatan akal. Yang khas dari kegiatan akal adalah 'berpikir'. Maka berfilsafat adalah identik dengan berpikir dan seorang filsuf karenanya disebut seorang 'pemikir'. Persoalannya, apa hubungannya dengan ilmu pengetahuan manusia.
Proses berpikir (knowing) yaitu terjadinya interaksi antara knower dengan known (subjek dan objek), ketika indra sensoris eksternal, mata misalnya melihat sebuah Objek, gambaran tentang objek (known) tersebut masuk ke dalam otak subjek (knower). Di otak terjadi resistensi dan otak memerintahkan mata subjek (knower) untuk melihat kembali. Gambaran tentang benda atau objek (known) kembali ke otak dan terjadinya apa yang disebut sebagai fantasi subjek (knower) tentang objek (known). Fantasi itu kemudian berubah menjadi imajinasi dan kembali ke otak. Pada saat itulah resistensi otak kembali terjadi. Otak membuat determinasi terhadap objek (known) itu. Pada saat itulah subjek mengenal objek (known) tersebut. Itulah pengetahuan manusia.
Dalam konteks itulah manusia merupakan 'animal rationale. Demikianlah secara hakiki, filsafat merupakan upaya untuk mengenal kemudian mengetahui atau mengerti sesuatu dengan menganalisis secara sistematis metodologis segala sesuatu sebagai 'the being in the world'(alam semesta dan segala sesuatu yang ada). Yang ada atau the being dalam konteks ini artinya sejauh dapat dijangkau akal secara empirik.
Persoalan-persoalan khas filsafat ilmu dalam menghadapi problematika seputar: (a) bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu, (b) dari mana pengetahuan itu diperoleh, (c) bagaimana validitas pengetahuan itu dinilai, (d) apakah pengetahuan yang diperoleh itu pasti benar dan apa prasyarat-prasyaratnya, (e) apa perbedaan antara pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori.
Secara sederhana dapat dikatakan ilmu merupakan 'kumpulan pengetahuan manusia'. Walau demikian, tidak semua kumpulan pengetahuan merupakan ilmu. Sebuah kumpulan pengetahuan hanya dapat disebut sebagai ilmu jika memiliki objectum materiale (objek mariil) dan objectum formale (objek formal). Keduanya merupakan unsur pembeda antara filsafat dengan ilmu-ilmu non filsafat dan antara ilmu non filsafat dengan ilmu non filsafat lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan ilmu merupakan 'kumpulan pengetahuan manusia'.
Walaupun demikian, tidak semua kumpulan pengetahuan merupakan ilmu. Sebuah kumpulan pengetahuan hanya dapat disebut sebagai ilmu jika memiliki objectum materiale (objek mariil) dan objectum formale (objek formal). Keduanya merupakan unsur pembeda antara filsafat dengan ilmu-ilmu non filsafat dan antara ilmu non filsafat dengan ilmu non filsafat lainnya. Objectum materiale:adalah hal yang dijadikan fokus atau sasaran pemikiran (gegenstand), yang diselidiki atau yang dipelajari baik yang bersifat konkret (manusia, hewan, tumbuhan dan bumi), maupun hal-hal yang bersifat abstrak (ide-ide, nilai-nilai).