Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Episteme Dianoia Aristotle untuk Audit Forensic

Diperbarui: 8 Februari 2018   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.art.co.uk

(artikel bagian 1)

Pada kaitan dalam pengembangan ilmu maka perlu dihindari ketidakcukupan argumentasi pada keteraturan observasional dan keraturan konsepsional. Memastikan kebenaran struktur, objektivitas, dan abstraksi yang memadai. Seperti pada artikel sebelumnya {(audit = ilmu indra telinga) (berhubungan dengan kemampuan optimalnya daya-daya rasional dan persepsi indrawi agar dapat membedakan, menyamakan, posisi, objek yang diamati}. 

Kemudian bagimana metode efek-efek dari faktor kognitif, afektif, dan psikomotoric atau Taksonomi Bloom,  atau  {id, ego, superego lihat Sigmund Freud} atau Teori kesadaran {Carl  Jung}  terhadap proses hukum di ranah public. Sedangkan kata Forensik berasal Yunani forensis berarti "dari luar", dan serumpun dengan kata forum berarti "tempat umum") adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan pengetahuan (sisi aksiologi ilmu). Bentuknya adalah mencari ada {(pendekatan positivism (positif artinya ada), lawannya negative tidak ada)} pada barang bukti, dan alat bukti  atau data informasi lain relevan valid untuk dijadikan penyimpulan yang berlaku umum. 

Kewajiban lain adalah bakat dalam bidang matematika. Maka ilmu audit forensic memiliki makna multidimensional dan perlu berdialog dengan ilmu lainnya sepeti matematika, statistika, psikologi, IT, kedokteran, farmasi, kimia, dll. Maka pada posisi ini ilmu audit forensic menampakkan diri sebagai (1) masyarakat, (2) proses, (3) sebagai produk. Artinya menata masyarakat, mengajari proses, dan menggunakan hasil audit. Tesis dapat saya susun adalah "audit forensic adalah idiologi dalam masyarakat modern" untuk menemukan atau mencegah adanya "the birth of tragedy".

Untuk sampai kepada idiologi yang idial tentu saja kemampuan seluruh daya-daya optimal manusia harus membuat cara untuk sampai kepada pengertian melampuai apa itu baik, dan apa itu jahat ("beyond evil and good", lihat "Jenseits von Gut und Bse" lihat pemikiran Nietzsche). Ini tidak mudah, perlu internalisasi pembatinan, kepekaan, pengalaman soliter, pencarian ontology atau hakekat ada dan memastikan dapat dipertanggungjawabkan pada dogma magisterium ilmu dan tatanannya. 

Atau dibutuhkan suatu jembatan pengetahuan yang bersifat terjembataninya antara auditor dan auditee pada proses audit. Atau teori "prehensi (Whitehead)" atau pelemburan fusi horizon (Gadamer), sampai transliterasi (Ricoeur), atau mengamati fenomenologi (model Husserl, Brentano), bahkan ilmu pembacan terbalik rekonstruksi dan dekonstruksi (Derrida, Zizek, Rorty, Laclau, Butler), ilmu semiotika tanda-tanda dan proses tanda sejak teori pada era Medieval Semiotics sampai sekarang (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi (Saussure, Peirce, Bacon, Aristotelian Organon, Kilwardby) untuk menentukan "mental consept signs" atau teori " Genesis of an elaborate of signs", (Boethius, St Augustine), wajib dikuasi, sebab jika tidak maka sulit untuk menemukan fakta dan alat bukti maupun barang bukti tersembunyi. Tanpa ilmu-ilmu ini dengan kemapanan maka maaf saja ilmu audit forensic tidak akan mampu menemukan bukti eksistensial audit.

Pada artikel ini saya sudah melakukan penelitian selama 12 tahun tentang transformasi pemikiran Aristotle dalam bidang-bidang ilmu akuntansi. Pertama: Audit adalah Praktik Moral (Eudemonisme). Tidak perlu hanya berfokus mengurus moral klien tetapi uruslah diri sendiri. Moralitas auditor adalah manusia bahagia mengembangkan seluruh potensi-potensi menjadi nyata, supaya kondusif dalam menjalani kehidupan. Atau menyesuaikan dengan alam dan hukum-hukum (menerima realitas tanpa patah) melaksanakan kewajiban. 

Auditor Forensic dalam menjalankan tugasnya wajib mempertahankan dan mengusahakan prestasi dan mutu untuk menghasilkan nama baik. Kata kunci adalah "auditor adalah nama baik dengan prestasi. Pada Auditor Forensic "tidak boleh terjadi" seperti Harta Midas dalam mitologi Yunani. Atau narasi Mitos Sisyphus, Tantalos, atau Labirin . Maka auditor forensic wajib menggunakan fakultas akal budi memandang tak berubah, matematika, langit dan bintang sebagai "Tuhan" sebagai metafora kebaikan kekal. 

Kedua: Auditor forensic memiliki Ketagakan Jiwa. "Manusia sebagai subjek pengetahuan" (gagasan filsfat-nya); Fakultas jiwa atau akal budi, dan atau fakultas kesan indra, hubungan jiwa Auditor Forensic merujuk pada reduksi eidos fenomena kesadaran, di mana pikiran atau akal (nous) dengan berbagai sebagai kekuatan, atau aspek jiwa manusia". Auditor forensic peran dan ketegakan "eidos" atau pikiran (nous) dalam hubungan dengan jiwa (soul) dirinya sendiri.

Ketiga: Episteme Audit Forensic .Gnoselogi atau Epistemologi, maka ada lima kunci pemikiran kebijaksanaan auditor yakni {"techn, epistm, phronsis, sophia, and nous"}. Ada tiga epistimologi auditing yang dapat diadopsi pada pemikiran  Aristotle membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan yakni: {"Techne Dianoia, Phronesis Dianoia, Episteme Dianoia"}. "Techne Dianoia dalam melaksanakan hubungan perikatan auditor menghasilkan ilmu pengetahuan produktif dan menghasilkan produksi teks hasil audit.

Phronesis Dianoia, auditor memiliki kemampuan intelligence, virtue, eunoia (goodwill).  "Episteme Dianoia", audit forensic mencari ilmu pengetahuan teoretis (episteme) atau ilmu itu sendiri (pure). Maka audit pada level {"Episteme Dianoia"} sebagai simpulan hasil penelitian ini. Audit forensic adalah mengadopsi "Episteme Dianoia" Aristotle sebagai pendasaran tatanan atau prinsip menyatukan unsur-unsur, memahami peristiwa (event) untuk dapat sampai kepada kepenuhan didalam dirinya sendiri. -- bersambung--

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline