Lihat ke Halaman Asli

Di Mana Ibumu, Nak?

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di hari Minggu yang cerah itu saya berada dalam kereta api bisnis Fajar Utama dari Yogyakarta menuju ke Jakarta. Terbiasa dengan kelas eksekutif untuk jarak jauh, perjalanan kali ini terasa agak menyiksa. Memang saya paling tidak tahan jika harus menempuh perjalanan berlama-lama. Sebenarnya kondisi kereta sudah cukup nyaman, namun hawa panas yang disebabkan oleh matahari yang terik di luar dan para pedagang yang tak henti-hentinya menawarkan dagangan membuatku tak sabar ingin segera mengakhiri perjalanan kali ini.

Kesabaranku seperti diuji ketika untuk yang kesekian kalinya kereta kembali berhenti entah di mana untuk waktu yang cukup lama. Namun perhentian kali ini lain, karena tiba-tiba bermunculan beberapa anak yang mendekati gerbong kereta. Awalnya saya tidak punya pikiran apa-apa tentang mereka. Tapi beberapa saat kemudian, mereka mulai menggedor-gedor gerbong sambil memanggil-manggil orang-orang yang berada di dalam kereta. Ketika mereka sudah berhasil mendapatkan perhatian, mereka segera menengadahkan tangan-tangan mungil mereka dan berkata, "Bu, uang, Bu!"

Ya, ampun. Ternyata mereka minta uang. Pengemis? Saya rasa tidak. Penampilan mereka tidak lusuh, sama sekali tidak tampak seperti pengemis.  Saya rasa mereka adalah anak-anak yang tinggal di sekitar rel kereta api, yang memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan uang secara gampang sembari mengisi hari libur. Kemungkinan besar justru orang tua merekalah yang mengajari mereka untuk melakukan hal itu. Minimal pasti ada orang dewasa terlibat dalam ide awalnya.

Hal-hal seperti ini benar-benar membuat saya marah. Di mana orang tua anak-anak itu? Apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka? Jika ya, kenapa mereka membiarkan mereka meminta-minta uang seperti itu? Kenapa mereka mengajarkan anak-anak mereka untuk mengemis? Kenapa mereka memanfaatkan anak-anak mereka untuk mencari uang? Benar-benar keterlaluan. Dan kepada generasi muda Indonesia penerus bangsa ini saya hanya bisa berkata, "Di mana ibumu, nak?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline