Lihat ke Halaman Asli

Oktavian Balang

Kalimantan Utara

Terasing dan Terpinggirkan, Kisah Komunitas Punan di KM 5 Long Tungu

Diperbarui: 29 September 2024   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga Ulo Njau, KM 5, Long Tungu (Yayasan Pionir Bulungan)

Catatan Penulis

Berkali-kali, perahu ketinting yang kami tumpangi terjebak di dasar bebatuan sungai Bkiyau. Meskipun airnya jernih, tantangan demi tantangan mengetarkan nyali. Dua perahu yang mengantarkan tim Drone Yayasan Pionir Bulungan terpaksa menerjang rintangan yang ada, sehingga saya sempat mempertanyakan kemampuan juru mudi dan juru tunjuk perahu dalam menaklukkan medan yang menantang.

Dari kejauhan, pemukiman RT 08, Long Telenjau terlihat indah, dikelilingi sungai bening yang menciptakan pemandangan menakjubkan. Namun, keindahan tersebut hanya permukaan belaka. Ketimpangan dan keterasingan jelas terlihat di pemukiman Punan ini; tak ada fasilitas kesehatan, apalagi pendidikan. Harapan untuk menikmati cahaya lampu di malam hari sirna karena daerah ini belum terjangkau jaringan listrik. Puluhan wajah tampak mengintip dari balik jendela, ragu dan malu menghadapi kedatangan kami sebagai pendatang.

Hanya seorang tokoh Punan yang berani menyambut kami tanpa rasa malu, menjadi tanda harapan di tengah ketidakpastian yang menyelimuti komunitas ini. Pengalaman di pemukiman RT 08 mengajarkan saya tentang ketahanan dan keindahan yang tersembunyi di balik kesederhanaan. Meskipun perjalanan dipenuhi tantangan, baik dari segi medan maupun keadaan komunitas, keindahan alamnya menciptakan suasana menenangkan. Namun, di balik pemandangan menakjubkan itu, ketimpangan yang menyedihkan.

Mereka Terasingkan!

Wajah-wajah ragu dari balik jendela mencerminkan kerinduan mereka untuk terhubung dengan dunia luar, sekaligus rasa malu terhadap keberadaan kami. Keberanian seorang tokoh Punan menunjukkan bahwa di tengah keterbatasan, masih ada harapan dan semangat untuk berjuang.

Refleksi ini mengingatkan saya akan pentingnya memberi suara pada komunitas yang terpinggirkan dan perlunya upaya kolektif untuk menjembatani ketimpangan yang ada. Semoga pengalaman ini menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran dan mendorong perubahan yang lebih baik bagi masyarakat Punan.

Ulo Njau Sedang Bersantai (Yayasan Pionir Bulungan)

Terasing di Tanah Sendiri: Harapan dan Realita Suku Punan

Di Long Tungu, kehidupan masyarakat Punan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan sosial yang signifikan. Ulo Njau, seorang warga Punan yang telah menetap di kawasan tersebut selama 20 tahun, menceritakan bagaimana banyak orang mengalami kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di perkampungan. 

Sebelum menetap di RT 08,  Ulo dan keluarganya sering berpindah tempat, menggantungkan hidup pada sumber daya alam dengan berburu babi. Bagi mereka, daging babi bukan hanya sekadar sumber makanan, melainkan juga dianggap penting untuk kesehatan dan memiliki makna spiritual yang mendalam.

Meskipun kini telah memilih untuk tinggal di area pemukiman yang berdekatan dengan sungai dan hutan, tantangan tetap menghinggapi komunitas ini, terutama dalam hal akses pekerjaan. Dikelilingi oleh perusahaan sawit, kesempatan kerja sangat jarang. Pengalaman Ulo mengirim anaknya untuk bekerja di perkebunan mencerminkan realitas ini; meskipun anaknya dianggap cukup mampu, ia dipulangkan dengan alasan yang tidak jelas karena dinilai terlalu muda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline