"Sungai tidak hanya membawa air, tetapi juga membawa kehidupan,"
Bagi masyarakat pedalaman Kalimantan, Sungai bukan hanya sekedar air melainkan sumber kehidupan. Sungai Kayan menyediakan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, irigasi pertanian, pertanian dan transportasi air. Tak hanya itu, ikan maupun hewan air membutuhkan ketersediaan pangan dari sungai tersebut.
Lantas, bagaimana jika sungai telah tercemar, bagaimana dengan Kesehatan masyarakat yang mengandalkan air Sungai untuk minum, mandi, dan memasak, lalu bagaimana kondisi ikan yang harus terpaksa memakan limbah dan kemudian harus disajikan di meja makan keluarga. Lalu, apa tanggapan pemilik speed boat dan perahu ketinting yang kerap mengeluh karena baling-balingnya terlilit dengan popok bayi.
Tanggapan di atas merupakan kondisi nyata di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayan. Hal tersebut menjadi PR serius bagi masyarakat maupun pemerintah setempat.
Sungai Kayan Darurat Sampah
Berdasarkan pantauan penulis, tampak sejumlah titik tumpukan sampah mewarnai perjalanan dari Tanjung Selor menuju Desa Long Lasan, yang melewati 15 desa dengan menempuh 180 menit menggunakan speed boat.
Speed yang memuat 3 orang penumpang tiba-tiba berhenti ditengah naiknya Sungai Kayan pasca diguyur hujan. Pengemudi speed paruh baya itu tiba-tiba mengumpat sambil meninggalkan kemudinya, lalu pergi memeriksa baling-baling mesin 25Pk.
Ternyata, sekantung popok bayi terlilit pada baling. Akibatnya, kami harus rela terkatung-katung ditengah Sungai Kayan yang sedang meluap. Selama perjalanan, baling terlilit kerap terjadi sehingga perjalanan menjadi terhambat.
Kala itu, penulis dan tim sedang menjalankan sebuah project 7 desa di landskap kayan yang difasilitasi oleh Yayasan Pionir Bulungan. Adapun desa yang akan dikunjungi diantaranya Long Lasan, Lepak Aru, Long Telenjau, Long Tungu, Long Lembu, Mara Satu dan Mara Hilir.