Lihat ke Halaman Asli

Oktavian Balang

Kalimantan Utara

Realitas Dunia Pendidikan di Pedalaman, Dua Kelas Dalam Satu Ruangan

Diperbarui: 22 Maret 2024   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua kelas dalam satu ruangan (Yayasan Pionir Bulungan)/DOK. PRI

Di tengah kekayaan alam pedalaman Kalimantan Utara yang melimpah, terdapat sebuah realitas yang pahit dihadapi oleh para guru dan siswa setempat, tiga ruangan belajar di SDN 011, RT III Long Ballo Baru, Desa Lepak Aru, Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) harus dibagi menjadi dua kelas.

Bangunan SDN 011 hanya memiliki 4 ruangan yang terdiri dari satu ruang guru, dan tiga ruangan kelas. Total 43 siswa dengan 9 guru. Kisah ini tidak hanya mencerminkan minimnya infrastruktur pendidikan di pedesaan, tetapi juga menggambarkan ketabahan dan semangat juang para pahlawan pendidikan di pelosok negeri.

Bagi Kosmas Irang dan rekan-rekannya, yang menjadi garda terdepan dalam memberikan ilmu kepada anak-anak desa, keterbatasan ruang belajar menjadi ujian nyata dalam menjalankan tugas mulia mereka.

SDN 011 Long Ballo Baru (Yayasan Pionir Bulungan)/dok. pri

Dua kelas dalam satu ruangan bukanlah sekadar masalah fisik belaka. Dibalik dinding-dinding yang sama, terdapat dua dunia yang berbeda. Siswa-siswa harus berbagi ruang dengan keterbatasan yang mengganggu konsentrasi mereka. Interaksi guru-siswa menjadi terbatas, sementara atmosfer belajar menjadi kurang kondusif. Bagaimana mungkin kita berharap anak-anak ini dapat berkembang secara optimal ketika ruang gerak mereka begitu terkekang?

Selain itu, ruang belajar yang terbatas juga menghambat kreativitas guru dalam memberikan pembelajaran yang inovatif. Mereka harus berjuang keras untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, meskipun harus berbagi ruangan dengan kelas lain. Semangat dan dedikasi mereka diuji dalam menghadapi keterbatasan ini, tetapi mereka tetap bertahan dengan harapan bahwa suatu hari nanti, setiap siswa akan memiliki ruang belajar yang memadai untuk mengejar cita-cita mereka.

Suasana belajar mengajar (Yayasan Pionir Bulungan)/dok.pri

Namun, kisah ini juga mengajarkan kita tentang keteguhan hati dan semangat perjuangan. Meskipun ruang belajar yang terbatas menjadi penghalang, para guru dan siswa di Desa Lepak Aru tidak menyerah begitu saja. Mereka terus berjuang, melewati setiap rintangan dengan penuh keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu menuju masa depan yang lebih baik.

Siswa Siswi SDN 011 (Yayasan Pionir Bulungan)/dok.pri

Kisah dua kelas dalam satu ruangan di Desa Lepak Aru adalah cerminan dari ketidaksetaraan dalam pendidikan antara perkotaan dan pedesaan. Namun, lebih dari itu, itu adalah panggilan untuk perubahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline