Lihat ke Halaman Asli

Bung Baladil

Pejalan Kaki

Sarman, Buruh Sampah Kota Baubau, Jadikan Barang Bekas sebagai Tambahan Pendapatan

Diperbarui: 9 Februari 2016   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil Menyelem minum air, begitulah pepatah yang diamalkan Sarman, Petugas Kebersihan Kota Baubau, sambil mengumpulkan barang bekas dalam setiap menunaikan tugasnya demi menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Berikut kisahnya.

****

Siang itu matahari sedang bergerak naik menjelang di atas kepala, Sarman masih saja asyik memilah-milah sampah plastik, kardus maupun botol-botol bekas yang dikumpulkan untuk dijual kembali pada pengepul. Saya menyambanginya dan mencoba ngobrol akrab dengannya, ternyata ditempat itulah biasa ia beristrahat sehari-hari usai menjalankan tugasnya membersihkan Kota Baubau dari sampah.

"Mari, maaf ya lagi isi ini, ini untuk menambah pendapatan,sehari kadang saya bisa dapat setengah karung, saya simpan disini, biasa dua hari kalau sudah full satu karung, saya angkut menggunakan motor untuk dibawa pulang dan dibersihkan dirumah, nanti kalau sudah bersih saya bawa ke kota lagi untuk dijual," ucap Sarman.

Pria kelahiran Kelurahan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau 34 tahun silam, tepatnya tahun 1982, memang baru setahun lebih bergabung bersama "Pasukan Kuning", yaitu pertengahan tahun 2014 lalu. Kendatipun belum lama, namun suka dan duka sebagai pasukan kuning sudah terlalu banyak baginya.

"Bekerja sebagai tukang sampah itu, banyak dukanya daripada senangnya sodara," ucapnya dengan akrab.

Lama membantunya mengisi botol-botol bekas kedalam karung, kemudian kami duduk bersama dibawah rumpun bambu tempat biasa ia melepaskan lelah. Disini ia kembali melanjutkan ceritanya bagaimana suka dan dukanya bekerja sebagai tukang sampah.

Bekerja sebagai tukang sampah ia lakoni sejak pertengahan 2014 lalu, ia menggantikan seorang buruh sampah asal Kelurahan Wareruma yang telah mengundurkan diri. Pagi buta, Ketika tetangganya yang bernama La Badjoe, yang juga salah seorang Pasukan Kuning yang berasal dari Gonda Baru, mengajaknya bergabung menjadi pasukan kuning, ia tidak menolaknya sama sekali. Karena baginya pekerjaan apapun siap ia lakoni yang penting halal untuk menafkahi anak dan istrinya.

Upah sebagai buruh sampah hanya berkisar Rp 900 ribu per bulan, dengan begitu belum mampu menutupi biaya hidup bersama istrinya. Apalagi sang istri, Erna hanya seorang ibu rumah tangga biasa.Upah yang didapatkan bekerja sebagai buruh sampah, belum sebanding dengan tuntutan hidup yang harus ia penuhi, dengan begitu mengumpulkan kaleng, botol dan kardus bekas saat menyampah menjadi cara untuk dapat menambah penghasilannya dalam sebulan. Terkadang, kalau dapat banyak, uang Rp 1 Juta mampu ia kumpulkan dari sampah bekas yang dijualnya pada pengepul disetiap akhir bulan.

Selain bersandar pada upah buruh sampah dan hasil penjualan kaleng bekas,ia jadikan ladang sebagai penopang hidupnya sehari-hari. Ia tanami dengan jagung, padi dan jenis umbi-umbian guna menutupi kebutuhan makan sehari-hari. "Istri hanya sebagai Ibu rumah tangga saja, paling ke ladang, ya kita bertani untuk menopang makan sehari-hari juga," katannya.

Terlepas dari penghasilannya yang cukup, sebagai tukang sampah sampai saat ini duka yang masih membekas dalam hatinya, dan ia belum bisa memahami dan menerima adalah perlakukan masyarakat yang menganggap mereka sebagai sampah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline