Lihat ke Halaman Asli

Harmoni dan Revitalisasi di Ibu Kota Marhaen Banyumas

Diperbarui: 22 November 2023   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : doc pribadi

Harmoni dan Revitalisasi di Ibu Kota Marhaenisme: Panggung Utama Generasi Muda Banyumas

Sebuah Cerpen fiksi oleh Bala Gibran Banyumas

 

Ini adalah sebuah cerpen fiksi. Adapun jika ada nama tokoh yang sama semata bukan tokoh tersebut. Cerita dimulai dengan Suasana sore itu di sebuah kedai kopi di sudut kota Banyumas sangat hidup. Konyenk, seorang seniman lokal yang setia dengan seninya, duduk di pojok ruangan, menggumamkan lirik lagu tradisional sambil melukis di atas selembar kanvas. Di meja sebelah, Pak Kusein, tokoh masyarakat terkenal di Banyumas yang  mengaku sebagai marhaen, asyik menyeruput kopi sambil sesekali menggerakkan kepala mengikuti irama musik.

Di meja seberang, Pak Nakula, seorang tokoh terkenal Banyumas, duduk dengan buku-buku tua di sekitarnya, serius mengamati setiap gerak-gerik yang ada di sekitarnya. Sementara Gus Wahib, seorang tokoh agama yang selalu tenang dan bijak, duduk di pojok lain, sambil sesekali menyesap teh hangatnya.

Tak jauh dari mereka, sekelompok anak muda kreatif yang di bawah asuhan Konyenk berdiskusi riang. Mereka membicarakan berbagai ide kreatif dan proyek seni yang ingin mereka garap. Dari pameran seni hingga revitalisasi seni tradisional Banyumas, semuanya masuk dalam wadah diskusi mereka.

Konyenk, yang tidak bisa menahan diri untuk tidak menyelipkan komentar humorisnya, berkata, "Eh Pak Kusein, kalau marhaen begini terus, nanti Banyumas malah jadi kota seniman, bukan ibu kota marhaen lagi!"

Pak Kusein tersenyum, "Ah, Konyenk, seniman punya peran besar dalam menginspirasi rakyat, tapi marhaen juga butuh seni untuk merayakan kehidupan!"

Pak Nakula, yang selama ini lebih banyak diam, akhirnya ikut berkomentar, "Tapi jangan lupakan nilai-nilai kearifan lokal dan tradisi, ya. Budaya Banyumas harus tetap dijaga."

Gus Wahib menambahkan, "Tentu saja, tapi kita juga perlu melibatkan generasi muda dalam menjaga nilai-nilai itu. Mereka bisa menjadi penghubung antara tradisi dan modernitas....wahai anak muda"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline