Lihat ke Halaman Asli

BaktiPuanId

Komunitas Perempuan

Membuka Wawasan Perempuan: BaktiPuan.Id Mengadakan Bedah Buku Berjudul "Perempuan Di Titik Nol" Karya Nawal El-Saadawi

Diperbarui: 24 Maret 2024   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BaktiPuan.Id

Kegiatan diskusi bedah buku telah menjadi salah satu wadah penting bagi para pembaca untuk menjelajahi makna-makna yang tersembunyi di balik lembar-lembar sebuah karya. Hal itu berguna untuk meningkatkan pemahaman secara mendalam. 

Oleh karena itu, pada tanggal 23 Maret 2024, Komunitas Bakti Puan.Id melaksanakan rutinan bedah buku bersama puan yang berjudul "Perempuan Di Titik Nol" Karya dari Nawal El-Saadawi dengan mengundang narasumber luar biasa yang berlatar belakang sebagai aktivis perempuan yaitu bernama Nadiyah Muthoharoh, S.Sos dengan dipandu moderator yang merupakan sobat dari Bakti Puan yakni bernama Syifa Sadatu Dariyah. 

Diskusi ini diadakan bertujuan untuk menambah pemahaman mengenai bagaimana perjuangan perempuan dalam persoalan kesetaraan gender.

Buku "Perempuan Di Titik Nol" ini memang membawa pembaca untuk merenungkan perjalanan panjang perempuan dalam mengejar kesetaraan gender. Buku tersebut ditulis oleh seorang aktivis feminis terkenal dari Mesir, ia menggali akar budaya patriarki yang melingkupi kehidupan perempuan di berbagai belahan dunia. Diskusi bedah buku ini sendiri menyajikan platform bagi audiens untuk merenungkan berbagai aspek yang diangkat oleh El-Saadawi, termasuk masalah ketidaksetaraan gender, penyiksaan perempuan, dan perlawanan terhadap norma-norma sosial yang merugikan.

Pada diskusi bedah buku tersebut, narasumber menyampaikan beberapa point yaitu dimana bahwa buku ini menceritakan tokoh bernamakan Firdaus yang memperjuangkan kemerdekaan serta kebebasan atas dirinya, sebagai perempuan. Dimana pada saat itu perempuan merupakan manusia kelas kedua. Selain itu tokoh Firdaus menggambarkan perempuan yang berani, serta memiliki pemikiran yang modern dan lebih maju beberapa langkah daripada perempuan lain, untuk memperjuangkan kemerdekaan serta hak-haknya sebagai perempuan. Mengingat pada masa itu, di Arab masih kental akan budaya patriarki.

Selain itu ia menyampaikan juga bahwa maksud dari "Titik Nol" dimana perempuan bernama Firdaus ini berada dikondisi ketika ia mendekam di penjara, dan dijatuhi hukuman mati. Pada titik tersebutlah, Firdaus merasa bebas, merdeka, dan berbangga hati. Karena dengan begitulah, ia dapat terbebas dari caci-makian, pandangan rendah, diinjak-injak, dan membuat dirinya dapat merasa utuh.

Diakhir diskusi tersebut narasumber yaitu Nadiyah Muthoharoh, S.Sos berpesan bahwa "Cerita ini hendaknya jadi cambukan keras bagi kita, terkhusus untuk kaum perempuan. Dan menyadari di zaman ini kita dapat memerdekakan, membebaskan, serta menghargai diri kita sebagai perempuan karena banyak cara dan banyak jalan. Setidaknya perjuangan kita hari ini sedikit lebih mudah dibandingkan jalan terjal yang harus dihadapi sang tokoh dibuku tersebut".

Penulis : Ervina Rizqi Purwaningrum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline