Lihat ke Halaman Asli

Bakrie

Happy is simple

Mochtar Baesuny Sang Pendiri Pesantren Bismillahirrahmannirrahiim

Diperbarui: 12 Juli 2022   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mochtar Baesuny, pria yang biasa dipanggil Abah sony lahir di Malang 31 Agustus 1974, anak ke tiga dari empat bersaudara. Lahir di lingkungan keluarga yang sangat sederhana dari bapak Nur Sahid dan ibu Maria Ulfa. 

Sosok perantauan dari Kota Malang ini datang ke Kabupaten Jepara pada saat ia masih duduk dibangku kelas 2 SD, lalu melanjutkan jenjang sekolahnya di SMP 4 Jepara yang sekarang menjadi SMP 1 Jepara, kemudian setelah lulus  ia melanjutkan pendidikannya di sekolah SMK 2 Jepara. 

Dalam perjalanan Pendidikan yang ia tempuh, keinginan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi ISI Jogja terganjal oleh finansial keluarganya, tetapi ia tidak patah semangat, ia kemudian belajar bekerja di rumah dengan belajar menatah, kemudian ia memantapkan diri untuk pergi mondok  pada tahun 1994 di Mojokerto selama satu tahun, kemudian pindah lagi ke banyuwangi selama dua tahun hingga pada tahun 1998 ia memutuskan untuk kembali pulang ke Jepara di karenakan sang ayah meninggal.

Setelah kepergian sang ayah, ia tidak lagi melanjutkan mondoknya. Kemudian pada tahun 1998 ia mendirikan sebuah pondok pesantren di kampungnya, setelah mendirikan sebuah pondok pesantren selama 5 tahun akhirnya ia menemukan sosok perempuan yang membuatnya jatuh cinta sampai sekarang, dia adalah Ita Khomsatun sosok istri yang ia cintai sejak pertama kali bertemu. 

Mengerti dengan sama-sama saling cinta dan membuat Sony memberanikan diri menikahi Ita Khomsatun di tahun 2002. kini mereka hidup berbahagia dan memiliki empat anak. 

Anak pertamanya yang sekarang menempuh Pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Jepara yaitu Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. Lalu anak kedua tengah menempuh Pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Akhir (SLTA), kemudian anak ketiga dan ke empat duduk di bangku sekolah dasar dan TK Besar.

Kemudian pada tahun 2010 ia berangkat ke tasikmalaya untuk belajar kepada abah Anom untuk mempelajari ilmu toriqoh, ilmu tasawuf dan ilmu sufi. Untuk memperdalam ilmunya yang pernah ia dapat waktu di Mojokerto dan Banyuwangi untuk mengembangkan Pondok Pesantrennya. 

Pasang surut dalam mendirikan pondok pesantren telah ia lalui, dari yang menghadapi karakter santri yang berbeda-beda, bahkan sampai pondok pesantren sepi tanpa santri. Akan tetapi ia tetap berusaha keras untuk kemajuan pondok pesantrennya hingga sekarang.

Meskipun abah sony seorang ustadz, ia tetap menyalurkan hobinya yaitu melukis. Dan ia memiliki waktu tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Pandangan hidup dari sosok abah sony ini ialah bermanfaat untuk sesama.

Menjadi seorang yang bermanfaat untuk sesama bukanlah hal yang mudah dilakukan, seperti moto hidup yang di tanamkan di diri abah sony ini yaitu, damai di hati damai di bumi dan damai dilangit dengan Ridhlo Illahi Robbi.

Dalam menjalankan roda kehidupan di pondok pesantren, halangan dan hambatan harus ia terima dengan lapang dada. Sehingga dengan ketekunan dan kerja kerasnya ia dapat menjunjung tinggi martabat orang tua dan keluarganya sampai sekarang. (Bak)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline