Kami sebenarnya termasuk salah satu keluarga yang memilih menunggu ketika pemerintah mulai melakukan vaksinasi massal di seluruh Indonesia. Kami memutuskan memilih menunggu karena banyaknya berita bersileweran baik dunia maya maupun dunia nyata tentang efek samping vaksin covid.
Sosialisai yang dilaksanakan pemerintah ternyata masih "kalah" populer dengan informasi negatif berasal dari masyarakat. Muncul informasi, ada warga justeru sakit mendadak setelah suntik vaksin, bahkan ada yang meninggal.
Semua informasi yang masuk kami cerna dengan baik. Akhirnya kami berkesimpulan hampir semua warga yang sudah memperoleh vaksin tidak apa-apa alias sehat-sehat saja. Termasuk orang-orang sekitar kami seperti tetangga dan keluarga, yang telah melakukan suntik vaksin.
Akhir Agustus, anak aku yang kedua Musdalifah Jayana Bakri memperoleh vaksin pertama di SMA Negeri 16 Makassar. Sesuai anjuran guru, sebelum berangkat ke sekolah terlebih dahulu sarapan agar imun tetap terjaga. Alhamdulillah sesudah suntik vaksin anak aku sehat dan ceria. Vaksin kedua juga berjalan lancar 28 September 2021 lalu.
Pada 1, 2 dan 3 September 2021, Makassar melakukan vaksinasi serentak di beberapa tempat seperti pusat pertokoan, rumah sakit, perguruan tinggi dan tempat umum lainnya. Karena dekat dari rumah, aku memilih salah satu pusat pertokoan di Jalan Ratulangi Makassar.
Aku meluncur ke pusat pertokoan tersebut 1 September 2021 sekitar pukul delapan pagi. Sampai tujuan, aku melihat orang-orang mengular antri menunggu giliran suntik vaksin. Aku berlari kecil masuk gedung, sayang terlambat. Formulir dibagikan hari itu habis. Oleh seorang petugas aku dianjurkan datang besok.
Besoknya, aku dan anakku tertua, Indah Barliani Bakri, kembali meluncur ke pusat pertokoan tersebut. Kami datang lebih pagi sebelum pukul tujuh. Dugaanku benar, sudah banyak yang datang mengambil dan mengisi formulir. Aku bersama Indah mengambil formulir kemudian mengisinya. Kami tidak hanya disuruh mengisi formulir secara manual tapi juga mengisinya secara online.
Selesai mengisi formulir kami pun antri. Terdengar seorang petugas melalui pengeras suara, bagi yang sudah berumur lebih 60 tahun bisa segera melapor untuk mendapatkan suntik vaksin terlebih dahulu. Maklum, saat itu antrian panjang terjadi. Tidak semua bisa segera mendapatkan tempat duduk termasuk kami.
Berdiri beberapa saat, seorang petugas menghampiriku lalu bertanya umur. Aku jawab 53. Petugas baik hati itu menyuruhku mengikutinya. Aku tidak sendiri, ada beberapa orang lainnya. Umur mereka sekitar 50 sampai 60 tahun. Ternyata kami mendapatkan pelayanan terdepan.
Tidak butuh waktu lama, namaku dipanggil. Sebelum suntik vaksin, seorang dokter mengajukan pertanyaan tentang riwayat penyakit. Sesudah kujawab, dia kemudian bertanya mengenai sarapan sambil memeriksa tekanan darah. Kujawab sudah. Setelah semua dinyatakan aman akupun mendapatkan vaksin pertama. Sekitar dua jam kemudian, giliran anak saya Indah memperoleh vaksin pertama.
Sampai di rumah kami memperoleh informasi melalui SMS, vaksin kedua dilaksanakan 30 September di R.S. Pelamonia Makassar. Alhamdulillah kami menjalaninya dengan baik dan lancar.
Aku dan kedua anakku sudah melakukan vaksinasi. Kini giliran insteriku. Untuk meyakinkannya butuh kesabaran. Selama ini dia termasuk yang takut dengan jarum suntik. Katanya, membayangkan jarum suntik saja sudah membuatnya gemetar.
Setelah berulangkali meyakinkan akan manfaat vaksinasi covid, dia akhirnya mau. Isteriku memilih tempat vaksin tidak jauh dari rumah yakni puskesmas. Isteriku kini menunggu vaksin kedua. Insya Allah, dilaksanakan 13 Oktober mendatang ditempat yang sama.
Kami telah melakukan suntik vaksin. Kami sekeluarga dalam keadaan sehat-sehat saja. Semoga vaksinasi bagi seluruh rakyat Indonesia berjalan lancar terlepas dari pro dan kontra mengikutinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H