Lihat ke Halaman Asli

Benz_Hermawan

Tukang Jait

Jalan Tikus, Jalan Ku Sayang

Diperbarui: 14 Juli 2021   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Umpatan, cacian hingga hujatan seketika itu dilakukan secara berjamaah. Bak paduan suara mereka senada meluapkan kekesalan.

Beragam profesi seoalah meluapkan kemarahan, mereka geram. Bak bekejaran dengan waktu para pengendara dari arah Sidoarjo menuju Surabaya tepatnya Bundaran Waru ada juga terlihat memelas.

Mereka memaksa harus masuk kota Pahlawan karena ia menggantungkan hidupnya, bekerja di Surabaya. Seakan tak bergeming, petugas yang berjaga pun juga terdiam. Sesekali petegus mengatur laju lalulintas. Sesekali juga meminta pengendara berputar.

Situasi kondisi di Bundaran Waru hari itu memang krodit. Tidak hanya dipanaskan dengan suara amukan pengendara. Kemacetan di ruas jalan itu semakin membuat situasi tak menentu.

Bagi petugas, apa yang dilakukan ini bukan tanpa sebab. Penutupan kawasan Bundaran Waru Surabaya itu bertujuan untuk mengurangi mobilitas warga yang hendak memasuki kota pahlawan. Imbasnya jalan tikus jadi alternatif.

Entah ini kebijakan benar atau salah, nyatanya satu titik ditutup, kemacetan di jalan-jalan kecil tak terelakkan. Bagaimana terlihat jalan Brigjen Katamso, Waru. Jalan ini saat ini menjadi favorit. Bak konvoi selepas lihat pagelaran Dangdut Koplo, Para pengendara berarakan mencari sela di gang-gang sempit.

Memang pemerintah saat ini dipusingkan Covid-19 yang tak pandang bulu. Langkah-langkah pencegahan harus segera dilakukan untuk membendung yang namanya Corona.

Tapi yang perlu diingat apakah efektif penutupan total yang dilakukan. Bagaimana nasib pekerja tenaga kesehatan (sebelumnya tidak boleh melintas, akhirnya bisa), bagaimana nasib pekerja lainnya ditengah PPKM Darurat yang diberlakukan.

http://satulajur.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline