Istilah gaya rambut mullet sendiri mengalami puncak popularitas saat digunakan oleh grup musik hip hop asal Amerika, Beastie Boys sebagai julukan dalam lagunya Mullet Head pada tahun 1994.
Mullet mulai viral di platform TikTok karena seorang selebriti Indonesia memakai mullet sebagai gaya rambutnya. Sehingga para viewers terutama pria banyak yang mulai menggemarinya. Dengan munculnya tren mullet ini ternyata ada hubungannya dengan budaya populer. Karena tren tersebut hanya ramai pada waktu yang singkat. Sekarang sudah jarang viral di media sosial maupun yang menggunakan gaya rambut model mullet tersebut.
"Bisnis di depan, pesta di belakang," kira-kira begitulah deskripsi populernya. Mullet menurut Robert Armstrong adalah simbol dari segala hal yang salah pada paruh kedua abad ke-20, mulai dari Chernobyl hingga Henry Kissinger. Para pesohor di dunia hiburan era 70-an memiliki rambut pendek atau jabrik pada bagian depan dan atas kepala, sedikit panjang serta tipis pada bagian samping, dan gondrong di bagian belakang.
Mullet kerap jadi simbol kelas pekerja dalam film-film Amerika yang berkulit putih, berkumis tebal, dan mendengarkan musik rock lawas. Kepopuleran mullet memang tak bisa dilepaskan dari sejarah rock. Sepanjang 1960-an, penyanyi Inggris David Bowie kerap terlihat dengan potongan rambut berponi lempar, tersisir rapi, dan tidak dicat. Bowie memilih potongan mullet yang terkesan acak-acakan tetapi mampu memberi kesan nyentrik dengan perpaduan busana ketat metalik serta riasan wajah mencolok dengan rambut pirang yang berganti menjadi oranye keemasan.
Beberapa abad setelahnya, para warga Romawi memotong rambutnya agar bergaya Mullet saat hendak menonton pacuan kuda. Mullet juga memasuki bangsa Amerika pada era Benjamin Franklin ketika meminta dukungan pemerintah Perancis dalam perang kemerdekaan melawan Inggris. Dua tahun belakangan mullet kembali populer sejak tampilnya penyanyi K-Pop G Dragon dengan gaya rambut tersebut.
Sejumlah selebriti Korea menggunakan gaya rambut mullet dengan ragam aksesoris. Di AS, mullet diperbincangkan setelah Brad Pitt tampil dengan potongan rambut ini. Selain itu, Taylor Swift juga menggunakan potongan mullet pada salah satu sampul majalah Vogue. Di Australia, mullet adalah gaya rambut yang senantiasa dirayakan. Sebagian warga Australia dengan potongan mullet adalah identitas kebangsaan dengan kesan santai.
Tren mullet hairstyle ini memiliki dampak positif yaitu mengembalikan tren lama yang telah redup kembali ramai serta banyak diminati dan hal ini juga berdampak positif bagi usaha barber shop yang semakin banyak orderan potongan mullet. Tren mulet tidak memiliki dampak negatife karena hal ini bergantung pada keputusan setiap individu.
Namun dengan adanya tren mullet ini kita bisa melihat bahwa budaya masyarakat yang muncul tetap sama. Selalu ingin mengikuti tren dan kemudian bosan. Begitulah budaya populer yang ada di masyarakat, ketika suatu yang viral selalu menjadi top of mind dan biasanya tidak bertahan lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H