Lihat ke Halaman Asli

Alangkah Sulitnya Untuk Jadi PNS

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292158712378374426

Anda tahu apa itu PNS?. Ya itu seperti GayusTambunan, sang koruptor, sebelum dipecat karena korupsi. PNS adalah pegawai negeri sipil, yaitu pegawai pemerintah, baik di tingkat pusat yang ada di Kementerian atau Kantor Pemerintah Non Kementerian di Jakarta atau di daerah yang disebut Pegawai Pemda, tapi PNS juga.

Tapi kali ini fokus tulisan saya bukan tentang korupsi oleh PNS. Tapi tentang susahnya menjadi PNS saat ini. Tapi karena saya sendiri sudah pensiun sejak tiga tahun yang lalu, artikel ini tentang anak ke-empat saya, laki-laki, 24 tahun, lulusan Fakultas Hasil Industri Peternakan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

Sudah satu tahun lebih anak saya lulus S1 dan mencari kerja, tapi sampai saat arikel ini dibuat, dia belum dapat pekerjaan, Dia sempat menjadi “tukang pijat”, dalam arti terapi kesehatan dengan pijatan reflleksi (dari China) dari seorang guru, yang digabung dengan pengobatan dengan air tertentu yang dapat mnyembuhkan berbagai penyakit seperti stroke berat. Alhamdulillah, saat itu sudah lumayan penghasilannya.

Waktu itu, saat dia aktif melakukan pekerjaannya tanpa harus merasa malu atau gengsi. Padahal dia seorang Sarjana (S1), saya berkata dalam hati,: “Kok susah-susah kuliah dan jadi Sarjana dengan biaya yang tidak sedikit, hanya untuk jadi tukang pijat?”.

Pijatan dan air obantnya itu cukup manjur. Saya menyaksikan sendiri, seorang kakak ipar saya yang tadinya menderita kencing manis dan stroke berat, yang sudah tidak bisa berjalan, sekarang sudah sembuh sama sekali, bisa nyetir dan bisa bicara dengan normal.

Tapi beberapa bulan yang lalu, anak saya sudah tidak lagi melakukan kegiatan pijat refleksi itu. Saya tidak tanya dia, mengapa tidak melakukan pijat refleksi lagi, karena khawatir disangkanya saya senang dia jadi tukang piajt.

Berusaha jadi PNS

Seperti kita ketahui, saat ini semua Kementerian dan Lembaga Non Kementerian dan Pemerintah Daerah, baik Tingkat Provinsi maupun Kabupaten/ Kota, sedang giat-giatnya mengadakan test saringan PNS. Sebagian besar dari instansi tersebut melakukan penyaringan PNSdengan system on line. Baik melamar melalui internet, dipanggil untuk test melalui internet, dan pengumuman kelulusan pun melalui internet.

[caption id="attachment_77697" align="alignleft" width="300" caption="Gedung Kantor Pusat Kementerian Pertanian"][/caption]

Sudah dua Kementerian yang dia ikuti test PNS-nya. Pertama, Kementerian Pertanian yang berkantor pusat di Ragunan, Jakarta Selatan. Dia test di daerah Ciawi Bogor bersama ribuan CPNS (Calon PNS) lainnya. Test ini serentak untuk ditempatkan baik di Kantor Pusat Jakarta, maupun di Kantor Dinas Pertanian di seluruh Indonesia. Setiao hari dia cek di situs Kementerian Pertanian, www.deptan.go.id

Tapi sampai saat ini, hasil test belum diumumkan di situs tersebut. Saya juga suka ikut mengecek. Entah kapan akan diumumkan, dan mengapa pengumumannya ditunda, tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan semula. Mungkinkan karena ada permainan?. Siapa yang kasa- kusuk (baca menyuap ke Panitia), dialah yang akan lulus?. Entahlah.

Tapi mudah-mudahan tidak demikian, karena sebagai mantan PNS di Kementerian (dulu Departemen) Pertanian, saya sempat datang ke bekas kantor saya tersebut, dan bertanya tentang apa yang harus saya lakukan agar anak saya lulus?. Tapi dijawab bahwa segalanya ditetapkan berdasarkan hasil nilai tertinggi yang diperiksa dengan sisitem komputerisasi secara fair.

Tapi salah seorang anggota Panitia, juga menjelaskan ada juga sih “titipan-titipsn” para petinggi Kemnenterian, yang biasanya lulus jadi CPNS. Hah?. Tapi sebagai mantan PNS biasa, bukan pejabat tinggi, tentu saja saya tidak bisa ikut “nitip” nama anak saya kepada Panitia Seleksi CPNS. Yang saya dapat lakukan hanya berdoa. Itu saja.

Kantor Kementerian berikutnya yang diikuti anak saya untuk ujian CPNS adalah Kantor Kemeenterian Tenaga kerja dan Transmigrasi. Test yang ini sebenarnya lebih belakangan daripada di Kementerian Pertanian, tapi pengumumannnya sudah dikeluarkan, melalui internet. Dan sudah dapat diduga, anak saya tidak lulus.

Test Pegawai Pemda di Kabupaten Brebes, Jateng

Inilahkantor terakhir yang dia ikuti untuk jadi PNS. Kantor ini, seperti sebuah Kementerian saja, mengumumkan penerimaan PNS secara nasional, terbuka untuk seluruh pemuda dan pemudi di Indonesia melaui internet juga. Dalam hati saya, hebat banget, hanya tingkat Kabupaten saja tapi kok undangannya disebarkan ke seluruh Indonesia?.

Jadilah anak saya ikut melamar via nternet tentu saja. Wow keren. Tingkat Kabupaten saja penerimaan PNS sedemikian luar biasa, secara nasional. Pasti banyak nih yang bakal diterima jadi PNS di Kabipaten itu, pikirku. Karena Brebes tak jauh-jauh amat dari Jakarta, ongkos bus “cuma” Rp. 100.000 PP, tapi lumayan banyak kalau dibelikan beras, dan tak terhitung banyaknya jika dihitung sebutir demi sebutir. Atau bila makan di warteg, bisa untuk makan beberapa hari, asal tidak kena pajak seperti yang diusulkan Pemda dan DPRD DKI Jakarta yang menghebohkan itu.

Anak saya saat ini masih di Brebes, dan akan pulang ke Jakarta nanti malam, Minggu, 12 Desember, naik bis lagi. Berdasakan SMS yang dia kirim, saya sudah sangat pesimis dia akan diterima jadi PNS di Kabupaten yang terkenal sebagai penghasil bawang merah itu. Apa pasalnya?. Berdasarkan SMS anak saya, yang ikut test dari berbagai kota di seluruh Indonesia (karena sifatnya terbuka dan on line), adalah sebanayk 400 (empat ratus orang). Dia katakana dalam SMS, bahwa tests nya sulit sekali, sehari penuh, empat babak.

Dan berapa jatah yang akan diterima?. Ayo, tebaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk!

Pasti semua teman Kopmpasianer salah tebak deh, bukan ratusan, atau puluhan, tidak juga belasan orang!. Lalu berapa dong?. Pasti semua akan tertawa, kalau yang mau diterima hanya 1 (tidak salah ketik), satu orang saja. Siji wae lah mas.

Saya sampai mengucap istigfar, Astagfirullah. Begitu menghebohkan, pake cara on line, diumumkan ke seluruh Indonesia segala, hanya untuk mencari pegawai satu orang saja. Keterlaluan amat?. Begitu menyedihkan kah kondisi ketenaga-kerjaan negeri ini, negeri yang dipimpin oleh Presiden SBY ini?. Apakah Panitia mau cari uang?

Malam ini, anak saya sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Saya hibur dia melalui SMS juga. “Tidak apalah nak. Usaha itu merupakan kewajiban kita, dan itu sangat besar pahalanya di sisi Allah. Hitung-hitung silaturahim dengan keluarga mantan teman kuliah, yang kebetulan tinggal di Brebes”. Di rumah itulah dia menginap selama di Brebes. Dia jawab via SMS: “Ya pa”. Sekali lagi dalam hati saya menangis melihat nasib anak saya. Semoga dia tidak putus asa.

Melamar di Perusahaan Swasta

Anak saya juga sudah mengajukan lamaran di berbagai kantor swasta, termasuk Pabrik susu di Jakarta, yang sesuai dengan bidang pendidikannya, Industry Hasil Peternakan. Tapi cuma ditest doang, dan tidak dipanggil-panggil. Tidak ada kabar, apakah lulus atau tidak. Kasihan memang. Saya menangis dalam hati. Kasihan anak saya, capek-capek kuliah dan belajar, hanya untuk jadi pengangguran. Tapi mudah-mudahan ini hanya smentara.

Begitu banyak sarjana lulusan Universitas baik negeri maupun swasta yang bernasib seperti anak saya, Melamar kemana-mana, tapi tidak atau belum juga dapat pekerjaan. Ini salah siapa?. Sementara biaya pendidikan dan kuliah semakin tinggi dan mahal, puluhan bahkan sampai ratusan juta, hanys untuk akhirnya jadi pengangguran?

Sedikitnya Lapangan Kerja Akibat Korupsi

Sementara tikus-tikus berdasi seperti Gayus dan Sirus menggerogoti uang Negara dengan korupsi sampai puluhan miliar, sementara beberapa pengusaha kelas” ikan paus” seperti Aburizal Bakrie yang tidak bayar pajak yang seharusnya dia bayar ratusan miliar, merupakan sedikit contoh betapa luar biasanya korupsi di negeri ini, yang salah satu dampaknya adalah sulitnya Pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja.

Karena kesulitan lapangan kerja dalam nenegri itu pula, yang menyebabkan banyak TKI dan TKW terpaksa bekerja di luar negeri, yang banyak menimbulkan efek negative.  Di luar penerimaan devisa Negara triliunan rupiah yang dikirim para TKI, tapi efeknya banyak sekali. Ribuan TKI, terutama TKW yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (istilah resminya Pekerja Rumah Tangga), banyak yang mengalami penyiksaan berat disiram air panas, disetrika, dipukul, seperti Nirmala Bonar, Siti Hajar dan Sumiati, dan yang lain-lain. Ada yang diperkosa bahkan sampai punya anak, ada yang dibunuh, ada yang gajinya tidak pernah dibayar dan lain sebagainya..

Ada lagi efek lain yang lebih sadis lagi dengan pengiriman pembatu rumah tangga ini. Sekarang Indoesia lebih dikenal sebagai “Negara Babu”, dan “Negara Kuli”, terutama di Malaysia dan Negara-negara Arab, bukan lagi Negara Bulutangkis, atau Negara Pengirim jemaah  haji terbanyak di dunia setiap tahun. Bahkan jemaah haji kita tidak jarang disamakan denga TKI atau TKW..

Kasihan sekali. Negara yang dulu diproklamirkan dengan susah payah oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945, lebih dari 65 tahun yang lalu dengan penuh kebanggaan sebagai sebuah Negara merdeka dan berdaulat, yang sederajat, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan Negara merdeka lainnya, saat Malaysia masih dijajah Inggris, kini namanya paling rendah di antara yang paling rendah akibat TKW.

Sayang…………….

Atau adakah di antara teman-teman Kompasianer atau Admin Kompasiana yang dapat menolong anak saya kerja? Atau ada saran atau info lainnya? Dia mau melakukan kerja dimana saja sesuai dengan kemampuannya. Dia mampu membuat pupuk organic atau industry hasil ternak, dan cukup menguasai Informasti Teknologi (IT).

Arikel ini saya buat tanpa sepengetahuan anak saya, demi sayang dari seorang ayah kepada anaknya. Besok Senin, 13 Desmber, dia insya Allah akan kembali ke rumah. Kegiatan sehari-harinya internetan cari lowongan kerja atau main game online di kamarnya. Dia juga seorang Kompasianer, tapi jarang menulis. Entah apa reaksinya bila dia membaca artikel ini nanti. Semoga dia tidak marah kepada saya

Terimakasih

Depok, Minggu  malam, 12 Desember 2010

Bakaruddin Is




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline