Lihat ke Halaman Asli

Gayus Telah Melecehkah Seluruh Rakyat Indonesia, Harus Dihukum Mati

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1289739527627148888

Polisi siang tadi, Minggu 14 November 2010, telah memastikan bahwa lelaki “mirip” Gayus yang tertangkap kamera wartawan Kompas, yang memakai kacamata dan wig, yang sedang menonton pertandingan tenis Internatioanl di Bali, benar-benar Gayus Tambunan, koruptor kelas Ikan Paus lebih Rp. 100 miliar, merangkap makelar pajak dan pencucuian uang itu.

Tampaknya polisi sudah tidak bisa lagi berkelit karena demikian gencarnya tekan publik dan media masa. Berdasarkan rekaman CCTV di sebuah Hotel di Bali, sudah dapat dipastikan bahwa lelaki berbadan subur bermuka bulat itu benar-benar Gayus Tambunan yang asli yang menghebohkan itu.

[caption id="attachment_72893" align="alignleft" width="300" caption="Gayus Tambunan"][/caption]

Koran Kompas Edisi Minggu, 14 November, malah memberitakan bahwa Gayus sudah berada di Bali dan menonton pertandingan tenis sejak hari pertama pertandingan, Kamis saat menonton pertandingan pertama antara Kimiko Date dari Jepang melawan unggulan Pertama Li Na dari China yang merupakan unggulan pertama. Dalam pertandingan itu, Date, pemain “gaek” umur 40 tahun, mengalahkan Li Na unggulan pertama itu.

Bukti bahwa Gayus sudah ada di Bali sejak Kamis, dan mungkin lebih awal lagi dari rekaman pertandingan wartawan Kompas saat kedua pemain tenis top Asia itu bertanding. Di rekaman video itu tampak tanggal dan jam saat Gayus tertangkap kamera wartawan. Saat itu Gayus duduk sendirian di salah satu tempat di stadion tenis itu.

Padahal 9 polisi yang diinterogasi oleh tim penyidik Polri, yang menerim suap dari Gayus lebih Rp. 400 juta tersebut, mengaku bahwa Gayus “diizinkan” keluar untuk berobat pada Hari Jum’at. Ini sekali lagi membuktikan betapa hancur dan bobroknya Polisi.

Srkali lagi, bukti rekaman bahwa Gayus sudah berada di Bali sejak Kamis, dan mungkin beberapa hari lebih awal, lebih menguatkan kecurigaan masyarakat bahwa Gayus selama ini bebas keluar masuk Rutan Brimob di Kelapa Dua Depok itu benar adanya. Gayus lebih banyak tinggal di rumahnya dengan istri dan anaknya, dan baru masuk tahanan beberapa saat sebelum ada sidang pengadilan.

Pada sidang pengadilan yang dilaksanakan Rabu siang 15 November yang disiarkan Metro TV dalam acara Breaking News, Gayus telah mengakui bahwa dia memang berada di Bali tanggal 5 November dan yang menonton pertandingan tenis internasional itu yang memaki wig adalah dia sendiri. Gayus berkilah mau "refreshing" karena merasa sumpek di tahanan (tentu saja-mask nyaman seperti di rumahnya yang mewah?). Malah Gayus menyatakan bahwa semua tahanan di Rutan Brimob sering keluar tahanan. Wah ini berita baru yang semakin memojokkan Polisi ke sudut ring (tinju) dan kalah Knock Out.

Tambah “Menelanjangi” Bobroknya Polisi Indonesia

Kasus ini sekali lagi tambah “menelanjangi” polisi RI bahwa memang benar-benar bobrok, brok, brok. Ternyata adanya Kapolri yang baru, Timur Pradopo, tidak membuat polisi lebih baik.

Sebelumnya sudah menjadi rahasia umum, bahwa banyak oknum polisi yang hidup mewah, melebihi kemampuan yang seharusnya, dibanding bila mereka hanya hidup dari gaji bulanan saja.

Belum lagi masalah rekenaing “gemuk” para petinggi Polri yang sempat diungkap sebuah majalah, beberapa waktu yang lalu, yang saat ini beritanya “nyaris tak terdengar”, tindak lanjutnya.

Belum lagi masalah Susno Duadji, sang “peniup peluit” adanya markus pajak dan markus peradilan malah ditangkap dan ditahan untuk diadili, karena takut Susno akan lebih membuka semua aib polisi.

Sungguh kasus menghilangnya Gayus dari tahanan itu, sangat memalukan dan “menampar” wajah kepolisain RI. Mestinya ke-sembilan polisi yang diperiksa TIPIKOR, yang menerima suap dan menyalahi prosedur tidak hanya dicopot jabatannya dan dialih-tugaskan, tapi harus dipecat dengan tidak hormat dari kepolisian.

Tantangan Serius Bagi Kapolri Yang Baru

Kapolri yang baru Timur Pradopo harus bertindak tegas menindak anak bauahnya yang mencoreng nama kepolisian RI itu. Masalah Susno Duadji saja belum selesai, sekarang sudah ada lagi kasus baru yang melibatkan 9 orang oknum polisi.

[caption id="attachment_72894" align="alignleft" width="300" caption="Kapolri Timur Pradopo"]

12897396811137627379

[/caption]

Buktikan bahwa pilihan SBY terhadap Timur Pradopo adalah tepat. Kalau tidak, maka tuduhan bahwa ada “sesuatu” dibalik usulan calon tunggal oleh Presiden Yudhoyono ke DPR untuk menjadikan Pradopo sebagai Kapolri beberapa waktu lalu, tidak bisa dielakkan.

Kita tunggu dan buktikan, bahwa Polri saat ini sudah berubah, dan sudah mulai “sembuh” dari sakitnya. Kalau tidak, rakyat akan semkain tidak percaya kepada polisi. Kasihan polisi yang baik-baik, seperti Densus 88 yang selalu mempertaruhkan nyawanya untuk memberantas terrorist, ikut tercorenag dan rusak nama baiknya.

Semoga Kaplori beritndak cepat dan tepat dalam kasus menghilangnay Gayus. Rakyat sudah curiga, jangam-jangan tiap malam Gayus bisa tidur di rumahnya dengan nyenyak bersama istri, tanpa ada beban, tanpa hidup tertekan. Buktinya Gayus tambah sehat dan gemuk, bagaikan pejabat yang hidup bebas di luar.

Penghinaan Terhadap Pemerintah dan Rakyat Indonesia

Perbuatan Gayus yang seenaknya keluar masuk Rutan, merupakan suatu penghinaan yang terang-terangan dan pelecehan yang luar biasa dari seorang koruptor terhadap Pemerintah, para pejabat penegak hukum dan seluruh rakyat Indonesia.

Rakyat yang saat ini sedang sangat menderita, ditengah mahalnya sembako dan sulitnya mencari uang, disaat banyak PHK dan sulitnya mencari pekerjaan, di saat rakyat di Wasior, Kepulauan Mentawai dan rakyat di sekitar lerang Gunung Merapai baik yang di wilayah Jawa Tengah maupun DI Yogyakarta banyak yang mati, yang sakit, yang kehilangan keluarga, dan yang kehilangan rumah dan seluruh harta bendanya, dan lebih setengah juta orang sedang mengungsi, dan selruh rakyat Indonesia, benar-benar telah dikhianati oleh Gayus.

Koruptor Harus Dijadikan Miskin

Untuk membuat efek jera, sudah saatnya semua terdakwa yang terlibat kasus korupsi seperti Gayus, harus dimiskinkan, dalam arti semua uangnya diblokir, semau harta termasuk rumah, mobil dan harta benda lainnya harus disita untuk Negara. Para koruptor itu masih bisa menyogok aparat hukum karena mereka masih memiliki banyak uang, yang mungkin disimpan di rumahnya, atau memiliki simpanan emas batangan yang disimpan di rumahnya.

[caption id="attachment_72896" align="alignleft" width="300" caption="Rumah Mewah Gayus Berharga Miliaran Rupiah"]

12897399531933875889

[/caption] _

Bila mereka sudah tidak punya uang lagi, mereka tidak bisa menyogok lagi untuk mengatur rekayasa pengadilan, baik kepolisian, kejaksaan, pengadilan, maupun KPK untuk mengatur keputusan hakim sehinggan bisa bebas dari tuntutan atau diputus dengan hukuman yang sangat ringan.

Bila para koruptor sperti Gayus tidak punya uang lagi untuk membayar para pengacara senior yang sangat tinggi bayarannya seperti Adnan Buyung Nasution, OC Kaligis, Hotma Sitompul,dll yang bayarnnnya sangat tinggi. Sehingga mereka paling-paling dibela oleh pengacara yang lebih murah yang baru lulus atau dari Lembaga bantuan Hukum (LBH), yang tidak akan terlalu mati-matian membela para koruptor itu.

Hukuman Mati

Sudah saatnya Indonesia memberlakukan hukman mati bagi koruptor dengan jumlah minimal, misalnya di atas Rp. 100 juta, sehingga untuk sebelum melakukan korupsi, seseorang akan berpikir ribuan kali. Kalau perlu hukuman gantung di depan umum di lapangan terbuka. Jangan pedulikan dengan Human Right (HAM) International, karena ini menyangkut hidup-matinya Bangsa Indonesia.

[caption id="attachment_72895" align="alignleft" width="300" caption="Hukuman Gantung"]

1289739827419216296

[/caption]

Selama hukuman bagi para koruptor itu hanya ringan saja, dan setiap tahun dapat potongan hukuman, dan harta hasil korupsinya tidak disita, maka korupsi tidak akan pernah dapat diberantas dan dihapuskan dari bumi pertiwi.

Untuk itu DPR diharapkan segera membuat UU Hukuman Mati bagi para koruptor,dengan inisiatif/ usul dari Pemerintah. Hanya saja maslahanya, UU Pemberantasan Korupsi dengan Hukuman Mati ini mungkin akan “mentok” di DPR, karena banyak anggota DPR yang terlibat korupsi. Kalu itu yang terjadi, berarti kita harus menunggu Pemilu Legislative tahun 2014, untuk memilih anggota DPR yang bebas korupsi, sehingga dapat meloloskan UU Korupsi dengan Hukuman Mati.

Pembuktian Terbalik

Untuk membuktikan bahwa seseorang korupsi sebenarnya sangat mudah. Yaitu dengan pembuktian terbalik, dengan cara menghitung berapa jumlah nilai harta bendanya (rumah, tanah, mobil, tabungan, deposito dll) setelah menduduki suatu jabtan, apakah jauh melebihi dari penghasilannya setiap bulan, baik gaji maupun tunjangan jabatannya. Salah satu ciri koruptor adalah bila laporan kekayaan tahunannya banyak yang berasal dari “hibah”

Satu lagi cirri koruptor adalah, mempunyai banyak rekening di banyak Bank. Mempunyai perusahaan yang dibangun setelah dia menduduki suatu jabatan. Itu hanyalah cara untuk pencucian uang hasil korupsi seolah-olah didapat dari hasil usahannya.

Hukuman Sosial dari Masyarakat

Cara lain untuk membuat orang untuk tidak korupsi adalah dengan sanksi sosial. Bagaiman caranya?. Jangan datang bila seorang koruptor mengundang ke suatu acara, termasuk acara pernikahan. Paling-paling yang hadir adalah sesama koruptor. Kan sesama koruptor tak boleh saling mendahului.

Jangan mau berbesan atau menikahkan anak-anak kita dngan dengan anak-anak para koruptor itu, walaupun sekaya apapun mereka. Anak kita pasti akan terseret dengan pola hidup mereka. Anak kita tidak akan bahagia, karena segala sesuatu hanya dinilai dari materi.

Presiden Yudhoytono Harus Bertindak Tegas

[caption id="attachment_72897" align="alignleft" width="300" caption="Persiden Soesilo Bambang Yudhoyono"]

1289740065798939520

[/caption]

Wahai Yudhoyono, presiden kami

Berhentilah membangun citra

Berhentilah hanya rapat dan rapat lagi tanpa ada tindak lanjutnya

Berhentilah berakting seolah selalu dizalimi

Kami sudah lelah dan muak melihat semua praktek makelar kasus dan makelar pajak

Kami sudah muak melihat pejabat korup di semua Kementerian dan Lembaga Non Kementerian

Kami sudah benci melihat sandiwara dan sinetron perandilan

Kami sudah tidak suka melihat kemunafikan di kalangan pemimpin negeri ini

Kami sudah mau muntah menyaksikan perut buncit para pejabat yang korup

Kami sudah tidak tahan melihat ketidak-adilan

Kami sudah tidak kuat menahan lapar dan sakit

Kami sudah tidak sabar melihat para koruptor digantung dan dihukum mati

………………………………………………………………

Bukankah rakyat telah memilihmu secara langsung dalam dua kali Pemilu?

Bukankah rakyat telah memberikan mandat kepadamu untuk memimpin negeri ini?

Bukankah kami telah memberikan amanah untuk meningkatkan kesejateraan kami?

Bukankah engkau kuasa memilih para menteri dan pembantu-mu yang profesional?

……………………………………………………….

Bertindaklah tegas dengan segera sebelum rakyat marah dengan people power

Segera tetapkan Jaksa Agung definitive

Segera lengkapi dan tetapkan Ketua KPK

Segera perintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas kasus Gayus dan kasus korupsi lainnya

Segera tegakkan hukum dan keadilan tanpa pandang bulu

Depok, Minggu sore, 14 November 2010

Bakaruddin Is

Baca juga:

Jamaah Berharap Jadi Haji Mabrur, Gayus Kabur dan Mabur

http://hukum.kompasiana.com/2010/11/10/saat-jemaah-berharap-jadi-haji-mabrur-gayus-kabur-dan-mabur/

Saya Berani Bertaruh Yang Nonton Tenis di Bali Gayus Asli

http://hukum.kompasiana.com/2010/11/12/saya-berani-bertaruh-yang-nonton-tenis-di-bali-adalah-gayus-tambunan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline