Lihat ke Halaman Asli

Sayap Garuda yang Hilang

Diperbarui: 12 Juni 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adakah pahlawan malu? Melihat yang kita lakukan saat ini, bertengkar, dan sali caci maki.

Adakah pahlawan menangis? Melihat yang kita dapat saat ini, seperti merpati pincang, yang tak mampu terbang jauh atau seakan elang tak bercakar, yang tak mampu menerkam mangsa.

Adakah pahlawan marah? Melihat darah yang telah dikorbankan, demi kata "merdeka" dan kini berlahan menghilang, tersapu oleh ombak.

Adakah kita butuh penjajah? Mungkin penjajah bisa menyatukan kita, menumbuhkan jiwa kesatuan, merobohkan dinding-dinding pemisah.

Terlalu lama mereka menanti, terlalu banyak darah yang dikorbankan. Mimpi para pahlawan masih jauh dari apa yang kita lakukan.

Marilah bergandeng tangan, merangkul, dan memeluk. Usap air mataku, lalu kan ku usap air matamu pula, jangan biarkan kita bersedih di tanah air kita.

Mari pergi ke bibir pantai, belajar pada karang yang bertahan walau ombak terus menerjang, belajar pada burung, yang menari walau angin begitu kencang.

Mari berdiri di depan cermin, mungkin kita lupa, siapa diri kita sebenarnya, karena sebenarnya sayap garuda tak terlihat lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline