Lihat ke Halaman Asli

Membeli Ikan, Mendapat Hikmah

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, seiring jarum jam yang menuju keangka 6 udara kampus merah begitu sangat dingin perlahan mulai hangat. Dibalik rimbunya pepohonan yang tumbuh lebat di pelataran kampus, sinar mentari pagi perlahan mulai memendar Tetes embun pagi pun perlahan mulai berhenti seolah menjadi "count down" penanda hari baru akan segera dimulai.

Seakan berpacu dengan waktu, saya dan 2 orang teman yang pada hari itu berencana untuk membeli ikan di pelelangan paotere segera bergegas memacu kendaraan roda dua menyusuri jalan yang masih samar-samar kelihatan. Konon kabarnya, paotere telah ada sejak zaman belanda. Selain menjadi tempat pelelangan ikan, tempat orang-orang laut dari berbagai penjuru membongkar muat hasil tangkapan lautnya untuk diperjual belikan, paotere juga terkenal sebagai pelabuhan bahari masyarakat Makassar yang memegang peranan penting sebagai sentral lalu-lintas laut jauh sebelum negeri ini merdeka.

Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam lamanya, akhirnya kami tiba dipelelangan ikan paotere yang tentu saja sudah sangat dipadati oleh banyak orang. Orang-orang yang berdatangan di tempat ini berasal dari beragam latar belakang yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu membeli ikan. Hanya saja ada yang membeli ikan untuk keperluan pribadi dan ada juga yang membeli ikan untuk kemudian dijual kembali. Mereka ini adalah pengecer ikan keliling yang memang keseharian mereka bergantung hidup dari menjual ikan dengan sepeda motor menyusuri lorong-lorong yang ada di Kota Makassar.

Saya bersama dua orang teman yang hari itu begitu bersemangat untuk langsung membeli ikan dari pusat pelelangan ikan terbesar di kota Makassar langsung berbaur dengan pengunjung lainya menjejali satu-persatu penjual ikan yang ada disana. Ada beragam penjual ikan yang bisa kita lihat. Ada yang menghamparkan ikan-ikanya diatas lantai yang dilapisi dengan plastik dan ada juga yang masih menyimpanya dalam gabus-gabus  atau dalam ember-ember besar berisi es batu. Hampir semua ikan disana segar-segar dan sangat jarang kita jumpai ikan busuk atau layu.

Selain ikan, ternyata di pelelangan paotere juga bisa dijumpai hasil laut lainya seperti udang, cumi-cumi dan kepiting. Semua dijual dengan cara yang berfariasi. Ada yang dijual per ekor, dan ada juga yang dijual per kilo. Kita bisa memilih sesuai dengan kebutuhan atau keuangan yang kita miliki.

Setelah hampir 15 menit berkeliling, saya memutuskan untuk bertanya pada salah seorang penjual ikan yang sedang menawarkan ikan jualanya dalam ember-ember kecil. "silahkan dipilih ikanya, satu ember ini jumlahnya 1 ekor, harganya 150.000"..mendengar ucapan sang penjual ikan tadi saya langsung terkejut. Betapa tidak, harga ikan di Paotere yang saya bayang-bayangkan sebelumnya bisa jauh lebih murah dibandingkan ketika kita membeli ikan di pasar rakyat ata supermarket, justru kini yang saya jumpai harganya hampir sama.

"kenapa ikan ini mahal harganya"..spontan saya mengajukan pertanyaan kepada penjula ikan yang dari tadi menawarkan ikanya dengan harga yang diluar dugaan. "tentu saja ikannya mahal, karena sekarang sudah jam 7 lewat dan jika kalian tidak segera membeli ikan ini, tidak lama lagi harganya akan semakin naik. Jika kalian ingin harga ikan murah, datanglah membeli ikan disini sebelum matahari terbit, saat ikan-ikan ini baru diturunkan dari atas kapal. Harga ikan yang dijual disini berbuah tiap waktunya, semakin siang, harga ikan akan semakin mahal"..ujar si penjual ikan sambil menghembuskan asap rokoknya.

Sejenak saya tertegun, dan berpikir kenapa perbedan waktu bisa mempengaruhi harga ikan?. Setelah menyusuri setapak kecil diantara penjual ikan, saya memutuskan untuk menuju salah satu kapal penangkapan ikan yang dari jauh kelihatan masih melakukan bongkar muatan. Disana saya melihat banyak sekali ikan yang sedang diturunkan. Saya berharap bisa menemukan jawaban dari orang-orang kapal yang merupakan pemilik dari semua ikan-ikan yang diperjual belikan di pelelangan ini. Tanpa menunggu mereka selesai melakukan aktifitasnya, saya mengajukan pertanyaan pada salah seorang yang sedang sedang menurunkan keranjang ikan. " apakah memang harga ikan yang dijual oleh orang-orang yang ada disini semahal harga ikan yang saya jumpai disana ?" sambil menunjuk tempat dimana saya menawar ikan pertama kalinya saat tiba di paotere. Sambil tersenyum lelaki paruh baya itu menjawab, " ikan-ikan disini murah, apalagi kalau baru diturnkan dari kapal, hanya saja harga ikan akan menjadi mahal kalau hari sudah mulai terang, karena pada saat itu pemebli ikan sudah mulai ramai berdatangan. jadi kalau ingin membeli ikan dengan harga murah maka datanglah disini, sebelum matahari terbit. Datanglah disini saat ikan-ikan ini belum dijual secara resmi kepada para pengecer yang ada disana (menunjuk ke tempat saya membeli ikan tadi). Jika saja kalian datang saat ikan-ikan ini belum dibongkar seperti ini, maka tentu saja kami akan menjualnya dengan harga murah karena mereka yang datang saat kami belum mebongkar ikan secara resmi seperti sekarang ini, ada harga spesial yang kami berikan. Ada saat dimana kami menganggap pembeli ikan sebagai pelanggan resmi, dan ada saatnya kami menganggap pembli ikan bukan sebagai pelanggan, tapi sebagai sahabat . Mereka yang datang sebelum matahari terbit akan mendapatkan harga sahabat, harga spesial dari kami dan mereka yang datang saat matahri telah terbit atau saat-saat seperti sekarang disaat telah banyak orang yang datang membeli ikan maka mereka akan mendapkan harga sesuai pasaran. Jadi lain kali kalau ingin mendapatkan ikan murah datanglah sebelum matahari terbit". Sambil tersenyum, lelaki paruh baya tadi melanjutkan lagi aktifitasnya menurunkan kerangjang-kerangjang ikan dari perahunya.

Puas rasanya saya telah mendengarkan penjelasan dari sang nelayan. Ada harga yang harus dibayar mahal ketika kita abai terhadap waktu. Ada aturan main yang ada disana. Aturan main yang membuat mereka sampai hari ini tetap bertahan dan mencintai pekerjaan mereka sebagai nelayan dan penjual ikan.

Ada pelajaran yang sangat berharga bisa saya petik dari perjalanan ini. Para nelayan dan  penjual ikan yang ada dipaotere mengajarkan saya tentang rahasia mereka dalam memperlakukan orang-orang yang datang disana untuk membeli ikan. Saat engkau ingin menjadi sahabat bagi mereka dan menginginkan ikan murah, datanglah saat fajar belum menerangi alam semesta, saat embun pagi masih menetes didedaunan, jika tidak maka status sahabat dan harga murah tak akan pernah engkau dapatkan dari penjual ikan dipaotere.

12-05-2015, Dari Ruang Kecil yang Ber-AC "Lab AIMP Unhas"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline