Lihat ke Halaman Asli

Musim Panen di Tengah Covid-19

Diperbarui: 22 April 2020   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Panen Raya di Tengah Covid-19

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan, "Meski menghadapi situasi darurat pandemi Covid-19, geliat petani untuk berproduksi tidak menurun. Untuk menghadapi musim panen raya padi, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah. Salah satunya menggerakkan Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). Dengan begitu, penggilingan mampu menyerap gabah langsung dari petani dan modal bisa diperoleh dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta sumber lainnya."

Suwandi juga menerangkan upaya lain dalam menghadapi panen raya kali ini, seperti membangun kemitraan dengan pelaku usaha, memperlancar distribusi dengan bantuan angkutan. penyaluran alat pasca panen, pemberian bantuan benih dan gerakan olah tanah, hingga pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). sehingga hal tersebut tidak menghambat proses panen petani ditengah pandemic covid-19.

Seperti yang kita ketahui bersama, adanya covid-19 ini menurunkan ekonomi seluruh dunia. Banyak kegiatana  produksi yang terpaksa diberhentikan. Namun, giat para petani untuk mencegah terjadinya kelaparan masyarakat patut diapresiasi. Dengan kemampuan yang mereka miliki, mampu menghidupi rakyat Indonesia melalui produksi beras.

Panen di Daerah Cilacap

Padi-padi mulai menguning, musim hujan pun telah pergi. Musim panen padi telah tiba. Panen padi di daerah Cilacap dimulai sejak pertengahan April 2020. Ditengah maraknya wabah covid-19, sejumlah petani tetap melakukan kegiatan panennya .  

"Panen padi kali ini bagus. Tak seharusnya kita melewatkannya. Enam bulan lebih kami menunggu benih padi hamparan padi yang menguning. Rasanya akan sia-sia bila tidak memanennya. Pandemi Covid-19 bukan penghalang panen kami. Yang terpenting konsumsi keluarga dan masyarakat tetap terjamin" ujar Supri , salah satu pengurus paguyuban tani Cilacap.

Ya, benar. Bertani merupakan mata pencaharian utama masyarakat Cilacap. Puluhan hektar sawah biasanya dimiliki seorang petani. Cilacap juga merupakan penghasil padi terbesar, khususnya di daerah Cipari, Sidareja dan Kedungreja. Hamparan sawah terbentang luas dan tumbuh dengan subur.

"Kalau kami tidak memanenya, mau makan apa kami? Mau makan apa warga? Sembako dan kebutuhan pokok lainnyya sudah naik harganya, kami tidak mampu membelinya. Kami tidak takut mati karena ada Corona. Kami takut anak, cucu, keluarga kami mati kelaparan." Ucap Diro, salah satu petani daerah Cilacap.

Warga cilacap tentunya tetap memperhtaikan protokol kesehatan saat pergi panen ke sawah. Alat Perlindung Diri(APD) seperti masker dan sarung tangan terpasang rapih. Hal ini menunjukan bahwa warga Cilacap tidak buta akan pandemic covid 19 ini.

"Saya tidak punya sawah. Pekerjaan saya juga lontang-lantung sana sini tidak jelas. Seperti biasa, jika musim panen tiba, saya menjadi buruh tani. Jika saya tidak bekerja, mau dikasih makan apa keluarga saya?  Bantuan dari pemerintah juga belum saya terima." Terang ngadimin, salah satu buruh tani Cilacap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline