Lihat ke Halaman Asli

Bai Ruindra

TERVERIFIKASI

Guru Blogger

Ramadhan Sekencang Laju 4G LTE Smartfren di Smartphone Andromax

Diperbarui: 28 Juni 2016   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pakai Andromax Ec

Cerita seru saat Ramadhan selalu jadi kenangan. Waktu kecil dulu, paling sering curi-curi minum saat berwudhu untuk salat dhuhur dan azhar. Ngakunya sih masih puasa padahal baru saja makan buah jambu tetangga. Tiap ngabuburit minta dibeliin makanan semua rasa. Mau es kacang, cendol, bakwan, tahu goreng, tempe goreng. Sampai di rumah, tepar sehabis meneguk satu gelas ukuran besar air kepala muda atau air tebu dingin. Makan nasi enggan berdiri. Salat magrib pura-pura lupa. Salat tarawih kekenyangan karena aksi balas dendam tadi.

Bulan puasa memang paling seru tuh, belum lagi habis tarawih main umpetin sandal teman, ngerokok diam-diam takut dicium asapnya oleh Ayah, tadarus di masjid dengan teriak-teriak padahal sudah pakai pengeras suara, saat sahur pukul beduk kuat-kuat dan keliling kampung buat ngebangunin kamu-kamu yang masih terlelap. Eh, habis sahur tidur lagi dan nggak bangun sebelum siang. Salat subuh kelewatan tahu-tahu sudah azan dhuhur.

Waktu berpuasa berjalan kencang banget. Apa-apa sudah magrib walaupun kerjaan cuma tidur doang. Habis nggak tahu mau ngapain di siang hari. Mau ajak main teman, si dia juga tidur untuk persiapan malam nanti. Mau nonton televisi bosan juga acara begitu-begitu saja. Sempoyongan menuju kamar tidur berharap magrib segera tiba.

Tapi, itu dulu, masa-masa kecil keemasan. Sekarang mah sudah beda generasi. Bosan ngelakuin satu hal ada bagian lain yang bisa dilakukan. Waktu luang nggak cuma duduk manis di depan televisi tetapi bisa berbagi pengalaman menarik melalui berbagai kegiatan hanya dalam sekali sentuh.

Share Informasi ke Media Sosial

Informasi yang berseliweran di media sosial dan kanal berita online patut dicurigai kebenarannya. Saya pilih-pilih dulu informasi mana yang layak di share dan tidak. Informasi yang menarik dan membutuhkan tingkat keterbacaan lebih banyak tentu layak dishare. Misalnya kaum muslim tertindas selama bulan puasa di negara lain. Setidaknya, informasi yang saya share dibaca oleh orang lain dan mendapatkan reshare sehingga banyak doa yang terpanjatkan untuk mereka yang dizalimi.

Simpel sih tetapi share informasi media sosial sangat berpengaruh terhadap apapun. Contohnya saat salah satu pesantren terbakar di Aceh Selatan belum lama ini, sharemedia sosial yang cepat membuat orang-orang cepat pula menggalang dana untuk memberi bantuan. Walaupun materi yang terkumpul nggak bisa menggantikan kerugian namun dalam setiap sedekah ini terhimpun doa-doa ikhlas dari pemberinya. Namun untuk saya yang nggak bisa bersedekah, saya sumbangkan share informasi sehingga sedekah dalam bentuk doa tersampaikan. Selain shareinformasi menarik dan bermanfaat, saya tak lupa untuk membuka pintu blog dan mengisinya dengan yang manis-manis, sedikit asam dan pahit.

Update Tulisan di Blog

Ngeblogitu buat waktu puasa terasa cepat terkuras. Duduk diam di dalam kamar, menunggu ilham datang, jari berperang dengan keyboard menjadi sesuatu yang menyenangkan. Benar lho, saat menulis dan mengeluarkan ide-ide saya nggak terpikir untuk makan, untuk minum, untuk melihat sesuatu yang menimbulkan napsu secara seksual, tidak mengunjing, tidak melakukan apapun yang membatalkan puasa.

Saya berbagi melalui media blog karena itulah senjata yang saya punya. Tulisan yang menjadi viral tentu menimbulkan pro dan kontra. Tulisan yang biasa-biasa saja terasa adem dibaca. Saya menikmati ini dan membuat Ramadhan terasa lebih berkah. Keberkahan itu begitu terasa karena selama Ramadhan saya tidak pernah kehilangan ide menulis walaupun kemudian menumpuk di draf. Saya meloncat dari satu ide ke ide lain. Saya membaca referensi di beberapa media. Menarik sudut pandang yang berbeda dari orang lain sebelum ditiup dan dibiarkan meledak di jagad maya.

Saya tidak berhenti menulis karena setiap tulisan ada pembacanya sendiri. Ramadhan dan dalam keadaan berpuasa tidak lantas membuat saya bermalas-malas dalam menulis. Satu huruf saja yang saya bagikan kemudian diamalkan oleh satu orang maka apa yang saya dapatkan di kemudian hari. Bagaimana dengan banyak huruf yang saya tulis, diamalkan oleh banyak kepala, bukankah itu adalah amalan terindah selama Ramadhan ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline