Lihat ke Halaman Asli

Bai Ruindra

TERVERIFIKASI

Guru Blogger

Begitu Pentingkah Hashtag Pray for Paris?

Diperbarui: 15 November 2015   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak akan ada asap tanpa api!

Kota yang sejuk, daun-daun berguguran, jalanan macet oleh kendaraan dan pejalan kaki, gedung pencakar langit berderet rapi dan mewah, rumah-rumah mode memamerkan produk terbaru mereka yang elegan dan mahal, konser musik oleh musisi dunia menghentakkan telinga dan nadi, lenggak-lenggok di atas catwalk, model pria dan wanita sumringah, Menara Eiffel menaburkan lampu aneka warna di malam hari. Hidup yang begitu damai.

Di sisi lain, pemerintah Perancis ikut menginvasi Suriah – ikut campur urusan negara lain tanpa memalingkan wajah ke kedamaian di negaranya sendiri. Suriah di bom. Anak-anak menjerit. Rentetan senjata tiap saat. Orang-orang mengungsi. Bangunan roboh. Tak ada lagi tempat berteduh bagi mereka yang ketakutan setengah mati. Makanan dan minuman menipis, mereka hanya bisa menengah ke langit, berharap awan berbentuk semangkuk gandum dan segelas air putih untuk melupakan lapar dan dahaga.

Antara kepedihan dan ketakutan di Suriah. Bom meletus. Mesiu mengejar tubuh gagah. Telah menjadi makanan sehari-hari, tanpa ada sikap pamrih dari dunia saat ratusan ribu orang tumbang. Karena – katanya – sarang teroris ada di sana.

 Antara bahagia dan kemajuan zaman di Paris. Entah siapa – katanya – teroris telah melancarkan “agresi” militer. Ratusan orang terkapar. Cuma ratusan saja. Dunia menggelegar. Menghujat satu nama. Memaki satu suara.

“Muslim!”

ISIS atau Boko Haram atau siapapun mereka hanya 0,003% saja dari 1,6 milyar penduduk dunia yang beragama Islam. ISIS atau Boko Haram yang entah bentukan siapa dengan mudahnya mencantumkan Islam sebagai keyakinan mereka di kartu identitas. ISIS atau jenis apapun itu dengan mudahnya mengklaim bahwa mereka bertanggung jawab terhadap teror. Di dunia maya yang gampang saja mengupload suara dan video. Sayangnya, media arus utama sehebat Reuters mengutip video entah tanggal berapa itu sebagai sikap tanggung jawab dari mereka yang berjenggot dan berkumis tebal.

Apa yang terjadi di Paris hari ini?

Hashtag #PrayforParis hanya segelintir kisah yang ada dalam roman picisan. Presiden Suriah, Bashar Al Assad,  dengan tegas mengatakan bahwa hukum sebab akibat telah berlaku. Benar adanya bahwa mengusik rumah orang lain mudah saja, tetapi saat diusik rumah sendiri begitu mudah kebakaran jenggot. Perancis telah lebih dahulu bermain api dengan menginvasi – ikut memerangi entah siapa di Suriah sampai negara itu berperang – Suriah yang damai. Negara-negara Eropa dan Amerika terlalu lama ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain. Lihat Palestina yang tak pernah tenang, Irak yang hancur lebur, Iran yang kacau-balau, Libanon yang seperti enggan hidup kembali. Dan negara-negara lain yang semakin hari dijejaki oleh mereka yang mengatakan nama “teroris” sebagai penjamin kemunafikan. Bom, teror, senjata api laras panjang dan senjata nuklir lainnya telah lama bersarang dan cukup sering menghajar ulu hati umat Muslim di negara-negara Timur Tengah. Tak terhitung lagi nyawa melayang dalam hitungan detik, apalagi hitungan tahun.

Paris hanya semalam. Sebentar saja. Imbas dari mulut besar pemimpin Eropa dan Amerika yang damai. Para pemimpin yang tak pernah merasa lapar semenit saja. Para pemimpin yang hanya berkoar-koar di masa keemasan dengan bantuan teknologi dan dana mengalir deras.

Media massa ikut memberitakan seolah-olah – benar adanya – bahwa Muslim bertanggung jawab atas kejadian demi kejadian di negeri barat. Media sosial juga menghajar dengan hashtag tertentu – semisal #PrayforParis – untuk menggalang dukungan dan menghasut umat Islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline