Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Berharap pada Cita-cita TGB, Bisa?

Diperbarui: 14 November 2017   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Berharap Pada Cita-cita TGB, Bisa? (Foto: Kicknews.today)

Momentum Musabaqah Tilawatil Qur'an yang resmi ditutup di Kabupaten Bima pada tanggal 2 November 2017 merupakan kebanggaan tersendiri bagi warga Nusa Tenggara Barat. MTQ tingkat provinsi hingga nasional ternyata mampu menelurkan sejumlah generasi baru yang tidak saja cerdas, tapi juga beriman dan berdaya saing tinggi, singkatnya religius dan berprestasi. 

NTB yang dipimpin oleh Zainul Majdi beberapa kali didaulat sebagai tuan rumah dalam agenda-agenda berskala nasional dan internasional. Paling santer diberitakan belakangan ini adalah disematkannya gelar Pahlawan Nasional kepada Almukarrom TGH. Zainuddin Abdul Majid Zain sebagai tokoh sentral ulama' yang mendirikan organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathon di NTB. Menggeliatnya prestasi-prestasi yang disabet NTB akhir-akhir ini pun rupanya menjanjikan bagi TGB dan menambah dukungan masyarakat kepada beliau.

Tidak kalah ramainya yang diliput media adalah agenda Multaqa Ulama Alumni Al Azhar sekitaran Oktober 2017 lalu dipusatkan di area lingkungan Islamic Centre Mataram. Perhelatan akbar yang mendatangkan berbagai tokoh besar dari kalangan ulama', umaro' dan akademisi muslim tersebut melahirkan sebuah keputusan akhir, yakni Gubernur NTB saat ini terpilih sebagai Ketua Perkumpulan Ikatan Alumnus Universitas Al Azhar Mesir. Kembali perwakilan NTB dipercaya mengalmamateri program kerja syiar dan dakwah Alumni Al Azhar yang berada di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim. Amanah besar yang dimandatkan kepada NTB 1 ini sekaligus menyuburkan nama baik Provinsi ini di hadapan Negara-negara lain.

Kesuksesan NTB menjamu para tamu undangan berdampak pada meningkatknya rasa penasaran banyak orang untuk lebih mengenal pemimpin yang mengepalai Pulau Sumbawa, Bima dan Lombok ini. Tepatnya, Lombok yang telah lebih dulu dikenal memiliki julukan 'Pulau Seribu Masjid' sekarang justru lebih serius memacu semangat warganya dalam berlomba-lomba menabung pundi-pundi ruhani mereka. Wibawa NTB lebih diakui sebagai Provinsi berkepulauan yang indah alamnya, ramah warganya, beriman dan berdaya saing masyarakatnya. Dengan begitu NTB layak dijuluki Rumah Belajar Sambil Bermain, sangat cocok dan pasditunjuk sebagai tempat pengkajian keilmuan maupun sarana berlibur sambil berburu ilmu.

Keberhasilan Tuan Guru Bajang mensyiarkan islam di daerah kelahirannya tak elak memukau banyak kepala. Salah satu indikator yang tampak adalah makin berebutannya masyarakat Gumi Sasak mendukung dan berbondong-bondong mengusung Zainul Majdi maju ke panggung RI 1. Berbagai tokoh politik di pemerintahan mulai ramai diwacanakan menemani TGB sebagai rekan menuju pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 mendatang. Tak jarang beberapa nama dikira-kira dan dipilah pilih rakyat sebagai calon yang kelihatannya tepat mendampingi TGB di kancah Pemilu mendatang untuk mewakili NTB bertarung dalam pesta demokrasi.

Akhir-akhir ini TGB pun aktif melakukan perjalanan berbagi ilmu agama dan menginspirasi masyarakat Indonesia di beberapa tempat. Aktivitas ini didukung oleh makin giatnya media massa meliput perjalanan TGB ke beberapa wilayah Indonesia untuk memberikan motivasi mengenai banyak hal. Peran rekan media dalam memanaskan perjalanan TGB ke beberapa provinsi kenyataannya cukup efektif membuat mayoritas masyarakat Indonesia lebih dekat mengenal sosok Tuan Guru Bajang. Figur NTB 1 ini mulai banyak dibicarakan mulai dari warung kopi sampai ke meja diskusi. Artinya, masyarakat dari berbagai kalangan mulai serius menaruh perhatian pada sosok Gubernur yang diketahui penghafal Al Qur'an dan memiliki wawasan keislaman yang sangat luas sekali.

Terlebih masyarakat kita saat ini sedang dihadapkan pada berbagai isu radikalisme yang terkesan selalu menyudutkan ajaran islam, maka kehadiran TGB setidaknya sedikit mampu membawa angin kesegaran di tengah-tengah masyarakat. Isu islamophobia utamanya seolah menjadi monster menakutkan yang membuat masyarakat harap-harap cemas mengkaji islam, hatta berasal dari sumber yang benar sekalipun. Kemunculan TGB di antara masyarakat Indonesia cukup ampuh menjadi antibiotik yang dapat mengurangi rasa was-was dan kecemasan dalam benak masyarakat tentang stigma islam yang negatif.

Terbukti sosok TGB yang karismatik, tegas dan lembut menghipnotis banyak orang untuk datang berkunjung ke NTB dan menikmati langsung hasil pembangunan oleh Gubernurnya yang diteladani dalam perkara agama. Khususnya NTB sebagai Provinsi yang penduduknya mayoritas muslim setidaknya agak bernafas lega dengan kepemimpinan beliau.

 Lebih-lebih berdirinya Masjid Hubbul Wathon Islamic Centre digadang-gadang sebagai pusat peradaban islam di Mataram berhasil menarik jumlah wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang bertamu ke rumah ibadah itu. Bangunan Islamic Centre di jantung Kota Mataram telah menjadi poros kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat merangkul kalangan anak muda hingga orangtua. Terutama sebagai pusat kajian keilmuan dan wadah berkumpulnya cendekiawan muslim, pemuka agama hingga tokoh-tokoh penting menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat untuk memakmurkan tempat ibadah mereka.

Masyarakat mestinya tetap berterimakasih atas upaya pemimpin daerahnya yang mampu membawa perubahan lebih baik dalam bidang keagamaan, harapannya kedepan NTB semakin terdepan dalam membina akhlak warganya. Dalam hal pembinaan moral atau budi pekerti masyarakatnya, kebijakan-kebijakan otonomi daerah Zainul Majdi dipandang banyak mata bak pucuk dicinta ulam pun tiba. Ibarat berpeluh keringat di padang pasir yang terik, TGB dianggap datang menawarkan mata air kesejukan dengan mengubah wajah NTB jadi lebih menyejukkan. Sebagai tempat belajar dan berlibur, NTB kembali didaulat sebagai tujuan destinasi halal menandingi beberapa daerah di Indonesia.

Bercermin dari visi besar TGB menyulap NTB Beriman dan Berdaya Saing rupanya tidak mengalami kegagalan dalam mengalihkan kegersangan yang dirasakan masyarakat menuju suasana yang lebih adem.Dengan kata lain tafsir atas arah perubahan yang diinginkan dan sedang diperjuangkan TGB selama ini tidak lepas dari kemauan dan tekad kuatnya melihat NTB tampil lebih bermartabat, bermaruah, serta lebih religius. Diantara kebijakan TGB yang dinilai religius dan islami adalah peraturan bagi pelajar, pegawai sipil dan seluruh instansi yang mempekerjakan wanita diiinstruksikan agar mengenakan busana muslimah bagi yang beragama islam. Selain itu, misalnya program kerja TGB yang dikemas dalam bentuk tayangan program "Belajar Bahasa Arab Mudah" telah ditayangkan LombokTV sampai sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline