Jember Murah, Kaya Budaya dan Rame oleh : Baiq Cynthia
Ketika aku masih kecil, aku diajak ke kota Jember. Kota yang sejuk, setiap ke kamar mandi airnya yang dingin. Berbeda dengan kota tempat tinggalku dengan suhu lebih hangat.Aku mendengar suara kereta api ketika melaju di rel. Aku berdiri di daerah sekitar jalur lintas kereta api, menunggu lin (sebutan angkot di Jember) yang menuju terminal Arjasa.
Aku harus pulang usai berkunjung ke rumah saudara nenek di Jember. Ternyata semenyenangkan itu pergi ke Jember dari Situbondo dengan bus.
Lalu, aku pernah bermimpi bisa tinggal di Jember. Doa itu terkabul, aku menikah dengan lelaki kelahiran Jember. Kota Jember salah satu kota lebih banyak tidak hanya kota penuh pusat perbelanjaan, ada kegiatan Karnaval terbesar setiap tahun yang dihadiri oleh turis lokal maupun asing. Saat aku sudah pindah domisili dari Situbondo ke Jember, hiburanku sangat murah. Pertama kali diajak nge-date oleh suami, ke Alun-alun Jember makan nasi goreng kaki lima di warung lesehan. Duduk melihat orang-orang yang berjualan.
Suara musik dari speaker yang menyala. Kami berbincang hingga larut dan pulang ke kota Ambulu. Jember dengan orang-orang khas suku Madura-Jawa yang cara bicaranya berbahasa "pendhalungan" campur Jawa dan Madura. Awal menikah aku hanya bisa menggunakan bahasa Madura, namun seiring berjalannya waktu aku sudah bisa menggunakan bahasa Jawa inggil karena tinggal di Ambulu. Sebuah kecamatan 22 km dari Jember ke arah selatan.
Wisata Agro Rengganis memiliki keelokan yang sangat indah seperti di kebun teh di Jawa Barat. Pergi ke sini disuguhi dengan pemandangan yang istimewa.
Kalau bahasa Jawa "Cekkel" itu artinya memegang tapi kalau di bahasa Madura "Cekkel" itu cekik. Kalau kamu ngomong "biru" ke orang Jawa akan diberi warna biru langit, namun kalau bilang "birru" pada orang Madura bisa berarti hijau. Jember punya banyak toko buku. Hal paling dirindukan kalau ke Jember selain mall yang banyak, aku senang sekali pergi ke toko buku yang tidak ditemukan di Situbondo. Jember dengan heterogen penduduk dan penduduk yang suka seni.
Banyak artis yang sukses berasal dari Jember seperti Anang Hermansyah, Tiara Andini dan lainnya. Saya rindu kota Jember yang sering mengadakan karnaval, dari tingkat TK hingga Umum juga kompak acara lomba Agustusan pada setiap kecamatan selama satu bulan. Jember Fashion Carnaval merupakan festival yang terbaik no 3 se-dunia. Luar biasa ciamik peserta berasal dari beragam latar belakang. Rindu momen kebersamaan ketika bulan Ramadhan, yakni ngabuburit dan buka bersama. Kami sekeluarga mengadakan buka bersama di Alun-alun kota Jember.
Aku, suami, mertua, adik, sepupu dan kerabat sekitar 15 orang naik mobil Elf yang disewa. Kami menggelar tikar sederhana, membawa aneka makanan bekal dari rumah, seperti sayur pecel, lele goreng, ayam goreng, tempe dan sambal. Tidak ketinggalan membawa termos untuk menyeduh kopi. Membawa es campur yang nikmat, untuk berbuka puasa. Ketika adzan berkumandang kami langsung bergegas ke masjid Al-Baitul Amien. Masjid besar yang terletak di sekitar Alun-alun. Memori itu masih terlintas, kebersamaan yang sederhana bisa berbekas dalam hati.
Jember memiliki banyak pantai yang segar dengan pasir yang putih seperti Papuma, Bande alit. Pantai yang ombaknya besar yaitu Payangan dan Watu ulo. Pantai yang ombaknya tenang yaitu pantai Cemara. Pantai yang menjadi pusat ikan yaitu pantai Puger. Aroma pantai yang khas dengan bau garam dan aneka ikan segar yang dijual. Hasil tangkapan nelayan. Hal paling melekat dalam ingatan ketika beristirahat di masjid Raudhah yang megah, luas dan interior majid sangat indah.