P5: Melahirkan Pengusaha Cilik dari Ruang Kelas
Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menawarkan peluang besar dalam dunia pendidikan untuk membentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, dan mandiri. Salah satu tema unggulan dari program ini adalah "Kewirausahaan," yang mengajarkan siswa untuk memahami dunia bisnis sejak dini.
Di SDIT Anak Soleh 2 Mataram, program ini telah diwujudkan melalui pembelajaran yang melatih siswa menjadi pengusaha cilik dengan memproduksi dan menjual makanan sehat, murah, dan bergizi.
Mengapa Menanamkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini Penting?
Kewirausahaan tidak hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga melatih siswa untuk berpikir inovatif, mengambil keputusan dengan bijak, dan memecahkan masalah. Melalui P5, siswa belajar melihat peluang di sekitar mereka, memahami kebutuhan masyarakat, serta menciptakan produk yang bermanfaat.
Siswa kelas IV SDIT Anak Soleh 2 Mataram, misalnya, berhasil membuat berbagai jenis makanan sehat, seperti camilan bergizi dan minuman alami, yang dijual dengan harga terjangkau.
Dengan bimbingan guru, mereka tidak hanya diajarkan cara memasak, tetapi juga bagaimana menghitung biaya produksi, menentukan harga jual, dan mempromosikan produk mereka. Proyek ini mendorong siswa untuk bekerja dalam tim, memahami nilai gizi, dan menjaga kualitas makanan yang mereka hasilkan.
Bagaimana P5 Membantu?
P5 menerapkan pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan kewirausahaan ke dalam aktivitas sehari-hari di kelas. Langkah-langkah yang diikuti siswa meliputi:
- Mengidentifikasi Masalah: Siswa mengamati kebutuhan masyarakat sekitar, seperti kurangnya akses ke makanan sehat dengan harga terjangkau.
- Menciptakan Produk: Siswa memproduksi makanan bergizi, seperti kudapan berbasis bahan alami, minuman herbal, atau bekal sehat.
- Simulasi Bisnis: Mereka belajar membuat perencanaan usaha sederhana, menghitung keuntungan, dan memasarkan produk melalui kegiatan bazar sekolah atau media sosial.
Selain itu, orang tua dan komunitas juga dilibatkan dalam program ini. Orang tua menjadi mentor dalam proses produksi, sementara masyarakat sekitar menjadi konsumen awal yang memberikan masukan terhadap produk siswa.