Lihat ke Halaman Asli

Baiq Azmi Sukroyanti

Mahasiswa S3 Ilmu pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Lawan Kekuasaan dan Pembodohan dengan Pendidikan

Diperbarui: 26 November 2024   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang semakin kompleks, pendidikan tetap menjadi harapan utama untuk melawan dua tantangan besar peradaban: kekuasaan yang menindas dan pembodohan yang disengaja. Pendidikan bukan sekadar alat untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga senjata ampuh untuk membuka mata, melawan ketidakadilan, dan menghidupkan kesadaran kritis masyarakat.

Kekuasaan yang Menindas

Kekuasaan sering kali melanggengkan posisinya melalui kontrol terhadap akses informasi dan sistem pendidikan. Contoh nyatanya, ketika kurikulum dirancang untuk menyesuaikan kepentingan elite, meninggalkan nilai-nilai kritis dan kemanusiaan. Dalam situasi seperti ini, pendidikan sering kali hanya menghasilkan individu yang patuh, bukan yang berpikir kritis.

Pendidikan yang sebenarnya harus mampu memberdayakan. Paulo Freire, seorang pemikir pendidikan, menyebutkan bahwa pendidikan seharusnya menjadi proses pembebasan, bukan penjinakan. Ketika siswa diajak untuk berpikir, mempertanyakan, dan memahami realitas sosial, mereka menjadi agen perubahan, bukan sekadar roda dalam sistem yang sudah usang.

Melawan Pembodohan dengan Literasi Kritis

Pembodohan dalam masyarakat modern tidak lagi dilakukan melalui kebodohan terang-terangan, tetapi melalui manipulasi informasi. Di era digital, hoaks dan misinformasi menjadi alat ampuh untuk membentuk opini publik yang sesuai dengan kepentingan pihak tertentu.

Pendidikan kritis adalah jawabannya. Dengan literasi kritis, siswa diajarkan untuk tidak sekadar membaca, tetapi juga memahami konteks, menganalisis tujuan, dan mempertanyakan kebenaran informasi. Literasi kritis bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga membaca dunia.

Membangun Pendidikan Berbasis Kemanusiaan

Kita membutuhkan pendidikan yang humanis, yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya. Pendidikan ini harus mengajarkan empati, kerja sama, dan keadilan sosial. Hanya dengan ini, generasi mendatang bisa melawan narasi kekuasaan yang menindas dan membangun masyarakat yang lebih adil dan beradab.

Aksi Nyata: Pendidikan untuk Semua

Untuk melawan pembodohan, pendidikan harus inklusif dan merata. Tidak boleh ada anak yang tertinggal hanya karena lahir di tempat yang salah atau dari keluarga yang tidak mampu. Investasi pada pendidikan adalah investasi pada masa depan bangsa. Selain itu, masyarakat harus didorong untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, tidak berhenti pada bangku sekolah saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline