Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Ini Bukan Buatmu, Messi

Diperbarui: 5 Juli 2015   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah Itu Bukan Buatmu, Messi ...

Final yang akan berujung sejarah itu ternyata manis buat tuan rumah. Untuk pertama kalinya sejak Copa America digelar, Cile berhasil menjadi kampiun. Apa fakta yang hadir pasca pertan dingan final nan seru yang berujung adu penalti ini?

1. Hattrick kegagalan Messi membawa Tango menjadi juara turnamen besar.

Copa America 2011, Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015 menjadi pil pahit sejarah kebesaran seorang Messiah sebagai pemain besar yang luar biasa. Keberhasilannya membawa Barca merajai Spanyol dan Eropa tidak terlalu berdampak pada tim Tango. Pertanyaannya ... Salahkah Messi yang diplot sebagai Kapten tim? Jelas tidak! Meski hanya mencetak SATU gol hingga final, namun beliau berhasil menjadi Man Of The Match sebanyak 4 kali karena kemampuannya memberi asssist dan pengatur serangan tim Tango. Bahkan di semifinal, 3 gol Argentina bermula dari assist dan pergerakannya. Dan, kegagalan adu penalti vs Cile di final, bukanlah kegagalan sang Messiah. Beliau bahkan menjadi pembuka jalan buat teman-temannya. Sayang rekan yang lain menendang dengan sangat buruk.

2. Kebahagiaan Barcelona dan Luis Enrique

Lho... apa hubungan final Copa America dengan Barcelona? Jelas ada ! Siapa pun juaranya, Barcelona akan bersuka cita. Jika yang menjadi pemenang adalah Argentina, maka messi dan Mascherano akan menjadi wakil Barca. Sebaliknya yang juara Cile, maka Claudio Bravo sang kiper utama dan terbaik yang menjadi wakil.

Lalu apa hubungan final ini dengan sang Entrenador Barca, Luis Enrique? Jelas ada. Claudio Bravo adalah kiper yang dimatangkan oleh Enrique. Enrique adalah satu-satunya pelatih yang berhasil merotasi dengan mulus dua kipernya. Bravo spesial buat La Liga dan berujung gelar, sedangkan Ter Stegen spesial Liga Champion dan Copa del Rey dan juga berakhir gelar. Nah, keberhasilan rotasi ini tentunya tidak menimbulkan friksi antar kiper dan tentunya menumbuhkan kepercayaan diri.

3. Tidak Ada Bagi-Bagi Gelar di Final.

Beda dengan Liga Indonesia pada saat pembagian gelar di final. Biasanya semua finalis juga dapat gelar sebagai pelipur lara. Entah sebagai tim terbaik, pemain terbaik atau kiper terbaik. Namun, di Copa Amerika kali ini, Cile menyabet semua gelar. Pemilik Copa, Top scorer dan Kiper terbaik!

Andai yang juara adalah Argentina, tak pelak, Messi pastilah menjadi yang terbaik di turnamen terbesar di Amerika Latin ini.

Maaf Messi, the history is not yours .....

.........................

Poentjakgoenoeng, 5-7-15




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline