Lihat ke Halaman Asli

Ada Kepedulian di Antara Mengajar dan Mendidik

Diperbarui: 2 Mei 2016   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegembiraan Bayu saat menerima kacamata baru pengganti yang lama (dok.pri)

Sebenarnya ini bukan masalah baru. Terlalu banyak pendapat, baik oleh masyarakat awam hingga para pendidik sendiri bahwa guru atau pendidik terlalu diributkan oleh masalah antara mendidik dan mengajar

Teori-teori pendukung tak perlu saya jelaskan panjang lebar. Toh nyaris semua orang tahu. Saya hanya akan berbagi sedikit pengalaman bahwa ada hal lain di samping mendidik dan mengajar, yakni  kepedulian.

Ada dua siswa kami, Bayu kelas 9 dan Demawan anak kelas 7. Kedua anak ini dilihat dari sisi akademis biasa-biasa saja. Mereka memiliki persamaan, yakni mengalami gangguan penglihatan. 

Si Bayu memang sudah diketahui bapak ibu guru kalau mengalami masalah pada indera penglihatannya karena anak ini selalu menggunakan kacamata di saat pelajaran. Namun, kacamata yang dipakainya sudah tidak layak. Kadang jatuh sendiri karena sudah kendur akibat patah gagangnya dan Cuma di-Lakban. 

Perlu diketahui, memang, sejak sekolah kami berdiri tahun 1994, anak yang menggunakan kacamata hingga tahun 2016 bisa dihitung jari. Entah apa karena maraknya gadget, tahun ini ada 2 anak berkacamata dari 380-an siswa. Bagaimana dengan si Demawan yang kelas 7? Nah anak ini saat masuk sekolah kami belum menggunakan kacamata. 

Namun, salah seorang rekan guru mengamati bagaimana anak ini kesulitan melihat tulisan atau gambar di papan tulis. Tulisan yang dibuatnya pun terkadang gak klop dengan yang ada di papan tulis. Selidik punya selidik ternyata anak ini sudah mengalami gangguan penglihatan sejak SD. Akhirnya, beberapa rekan guru sepakat untuk “membantu” kedua anak ini.

Saat ini tawaran “KIR” mata dari sebuah optik, kedua anak ini ikut diperiksa. Alhasil, dipastikan bahwa si Bayu harus ganti kacamata baru dan Demawan harus mulai menggunakan kacamata. Sekitar seminggu, kacamata itu jadi dan kedua anak itu dipanggil. Dan rekan kami, ibu Sri Mariyah menyerahkan langsung kacamata buat kedua anak itu. Wajah kaget bercampur gembira terlihat di wajah kedua anak itu.

smp3-3-5726050a319373a008221d2f.jpg

kegembiraan Demawan saat menerima kacamata baru (dok.pri)

Lalu, di sekolah kami pun ada beberapa siswa yang mengalami gangguan secara fisik (meski belum digolongkan ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus). Ada beberapa anak yang mengalami gangguan bibir sumbing dan gangguan berjalan akibat Polio saat masih kecil. Namun, berkat dorongan semua bapak ibu guru kedua anak ini sama sekali tidak menunjukkan rasa rendah diri alias minder. 

Putri yang mengalami gangguan pada bibirnya meraih juara 3 Olimpiade Matematika di kabupaten sedangkan Indira yang mengalami gangguan pada kaki menjadi juara 2 olimpiade tingkat kabupaten.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline