[caption caption="Sumber Gambar: Dok. Pribadi"][/caption]Minggu-minggu ini kawasan Malioboro berbenah. Tujuannya adalah membuat Malioboro ramah bagi para “pedestrian” alias pejalan kaki. Selama ini, para pejalan kaki menjadi anak tiri bahkan anak haram Malioboro. Hak-hak mereka “DIRAMPAS” secara paksa oleh para pedagang dan tempat parkir yang menghabiskan ruang tersebut. Tak hanya itu, ruang tunggu sepeda pun sudah diembat oleh kendaraan bermesin. Nah, untuk mendukung hal tersebut, pihak Pemkot telah membuat master plan. Untuk parkir kendaraan dipindahkan ke kawasan Abu Bakar Ali (ABA). Agak jauh memang tempatnya. Karenanya, akan disediakan bus-bus shuttle gratis menuju Malioboro.
Bagaimana dengan para pedagang? Nah inilah yang menjadi polemik. Para pedagang ogah dipindahkan dari zona nyaman mereka. Bernas Sabtu 16 April memuat tulisan bahwa Pemkot Yogya memang tengah mencari solusi untuk para PKL Malioboro. Tentunya berupa solusi yang tidak merugikan siapa pun.
Apa pun itu.... tadi pagi saya membuktikan seperti apakah Malioboro dengan wajah barunya? “Wowww!!” itulah kata yang keluar dari mulut saya saat memasuki kawasan jalan terkenal ini sambil bersepeda. Tak ada teriakan juru parkir, sesaknya parkiran sepeda motor, bisingnya klakson yang saling berebut jalanan sejak tanggal 4 April lalu. Nah, seperti inilah wajah Malioboro di pagi hari. Wajah yang memang selalu diidamkan para pedestrian.
Jam 6, sang ibu ini telah bersiap melayani para pengunjung dengan sate khasnya. Selama saya duduk di dekat beliau ada wisatawan dari Jakarta dan Surabaya yang sarapan sate beliau.
Tak jauh, ada pedagang Pulsa Keliling. ... “Kreatiffff!!” itulah yang saya pikirkan dengan kecerdasan beliau berdagang. Tubuh dan kepala diberi tulisan “JUAL PULSA” dan alhamdulillah, Bapak ini sepertinya terus meladeni para pembeli. Lariss ya Pak....
Di ujung jalan, beberapa remaja putri tengah mengawali perjalanan dari Utara ke selatan Malioboro sepulang pengajian Subuh
Di seberang jalan, ada 3 pengendara sepeda TINGGI dan tengah menikmati lengangnya jalanan ini. Jangan tanya bagaimana naik sepeda ini ...hahahahahha.
Di pertengahan Malioboro, seorang sopir becak tengah melanjutkan tidurnya sembari menunggu penumpang. Mungkin sambil meratapi nasib akibat becak tradisionalnya kalah bersaing dengan BETOR (Becak Bermotor).
Di Selatan jalan dekat titik nol, beberapa pejalan kaki tengah menikmati jogging sambil menghangatkan tubuhnya.
Lalu, ada pula seorang pria tengah menumpahkan barang bawaannya... ternyata beliau adalah “seniman jalanan”. Dari bentuknya, yang dikeluarkannya adalah pakaian robot yang nanti akan dikenakannya saat pengunjung mulai ramai. Nah, biasanya, anak-anak kecil nanti akan minta foto bersama. Tentu saja dikenakan biaya sekitar 5000.
Itulah Jogja.... Itulah Malioboro yang baru. Lengang. Tenang dan cocok buat pejalan kaki. Namun, yang diperhatikan adalah perlunya diberi tambahan Tempat Sampah supaya pot-pot tanaman tidak dipakai sebagai pengantinya!!! Penambahan penerangan jalan pun sangat perlu agar di malam hari kawasan ini tidak menjadi tempat remang-remang.