Lihat ke Halaman Asli

Abdul Rahim

pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

Pengembara di Usia Senja

Diperbarui: 6 April 2017   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Sekitar akhir september 2016 lalu ketika hari hampir senja, itulah kali pertama saya melihat dua orang usia senja ini sedang beristirahat di bawah pepohonan pinggir jalan Fakultas kedokteran gigi UGM. berniat untuk berhenti sekedar untuk menyapa,  saya urungkan mengingat sebentar lagi akan adzan magrib. Waktu itu sang nenek sedang duduk beralaskan karung seolah menerawang ke atas menghadap jalan. Sementara sang kakek menelonjorkan kaki di atas trotoar dengan rokok lintingan di tangan kanannya sesekali asapnya dihembuskan ke depan.

Sejak saat itu saya bertanya-tanya dalam hati apa yang ditunggu oleh kedua orang tersebut di hari yang hampir gelap itu. Sudah terpikir dalam hati sepertinya sang nenek sudah tidak bisa melihat, terlihat dengan tongkat digeletakkan tak jauh darinya.

Berlanjut beberapa kali melihat dua orang usia senja ini ketika sedang istirahat di terik siang di antara teduhnya pepohonan di jalanan pinggiran Hutan  fakultas biologi. Kembali lagi sepertinya bukan waktu yang tepat untuk berhenti menyapa atau ingin mengetahui lebih jauh tentang kedua orang ini. Sesekali melihat ketika sedang berangkat kuliah saat ada kuliah siang, atau ketika pulang sore hari di saat perut terasa lapar dan memutuskan segera untuk sampai kos.

Beberapa kali tidak sempat untuk berhenti menyapa dua orang tersebut, baru siang tadi saya putuskan untuk menyapa mereka. Selesai acara dari Fakultas Teknik, ketika akan ke SPBU kebetulan terlihat mereka sedang beristirahat di bawah tembok Hutan Fakultas Biologi di antara teduhnya pepohonan di sana. Sekembali dari SPBU syukurnya mereka masih di sana, sepeda motor saya parkirkan agak jauh dari mereka. Lalu mencoba seramah mungkin dengan mengucap salam dan menyalami sang kakek yang dijawab olehnya dengan raut muka yang ramah pula.

Saya pun mencoba berbasa-basi sebagai pembuka dengan menanyakan mereka sudah dari manakah perjalanan hari ini. Yang dijawab oleh sang kakek bahwa mereka sedang beristirahat di sana.

"Tujuannya ke mana ini kek?"

"Ndak tentu"

" tinggalnya di mana kek?"

"ya ndak tentu juga, saya ndak punya tujuan , sing jalan wae"

" Aslinya mana terus kek?"

" Asli ya ndk tentu juga, ndak punya rumah dan asalnya dari jauh-jauh". Kali ini sang nenek juga ikut menimpali dengan bahasa jawa, agak keras dia berucap sepertinya sebuah peringatan yang tidak saya pahami. Sewaktu saya menanyakan asal dan tujuan mereka, sang nenek kayaknya sedikit tersinggung saat  menanyakan itu berulang kepada sang kakek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline