Pesta demokrasi tidak lama lagi akan dilaksanakan diberbagai wilayah di Indonesia, mulai dari gubernur sampai kepada bupati dan walikota. Propinsi Aceh juga mempunyai kesempatan yang sama, dimana para calon gubernur, bupati dan walikota akan bertarung untuk menjadi nomor satu di wilayahnya masing-masing.
Pesta demokrasi yang akan berlangsung tersebut adalah suatu moment untuk mencari seorang pemimpin yang tepat, sehingga perubahan kehidupan masyarakat, dapat menjadi lebih baik lagi, terutama masalah ekonomi. Permasalahan ekonomi memang seringkali menjadi tuntutan bagi masyarakat kecil dan miskin, dimana akhir-akhir ini tingkat kebutuhan hidup semakin hari semakin meningkat.
Kemiskinan adalah masalah yang sangat mendasar yang seringkali dialami oleh sebagian besar masyarakat. Karena kebutuhan hidup, seringkali masyarakat terpaksa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial dimana satu sama lain kerap kali saling menjegal. Harapan bagi masyarakat miskin dan kecil kedepan, terkait adanya pesta demokrasi tersebut adalah melahirkan pemimpin yang dapat merubah nasib mereka, dimana belakangan ini dirasakan semakin sulit.
Mencari seorang pemimpin yang ideal memang sangat sulit, karena pemimpin juga manusia, yang memiliki kelemahan-kelemahan, tetapi untuk mencari dan memilih seorang pemimpin yang berkualitas masih memungkinkan untuk kita dapatkan. Mencari pemimpin yang mau dan rela untuk dapat mengatasi persoalan yang ada dimasyarakat, khususnya masyarakat kecil, tanpa adanya ambisi pribadi maupun partainya sendiri, masih ada banyak dinegeri ini.
Saat ini kehadiran seorang pemimpin ditengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan, agar segala permasalahan yang terjadi dimasing-masing wilayah dapat langsung didengar, ditampung sampai mengatasi persoalan tersebut. Mencari dan memlilih seorang pemimpin jangan karena NAMANYA yang besar, bukan juga karena PARTAINYA kuat dan besar. Ketika kita memilih calon pemimpin hanya karena NAMANYA yang besar dan PARTAINYAyang kuat dan besar, maka kita akan terjebak, dimana konsekuensi dari kesalahan itu harus kita tanggung sendiri. Menjelang pesta demokrasi/Pilkada banyak calon pemimpin yang jika dalam pribahasa adalah “Musang berbulu Domba “.
Menjelang pilkada kebanyakan para calon pemimpin pada masa-masa kampanye, selalu menjanjikan sesuatu yang fantastis, menjanjikan ini dan itu. Pernyataan mereka dan janji-janji mereka semua adalah hanya untuk mencari simpati kepada masyarakatnya, dan memohon dukungan dari masyarakat untuk dipilih menjadi pemimpin yang baru. Sebagai masyarakat tentu kita bisa menilai dan melihat secara langsung, siapa calon pemimpin yang pantas untuk memimpin daerahnya.
Calon pemimpin yang harus kita pilih adalah calon pemimpin yang jauh dari gaya kehidupan yang mewah, mau bekerja keras, selalu berupaya menyelesaikan permasalahan secara bijak, tidak ambisius, tidak silau dengan harta benda dan wanita. Jadi keputusan memilih calon para pemimpin ada ditangan masyarakat sendiri. Jangan sampai pemimpin yang kita pilih, semakin membawa kita tak berdaya, hanya karena saat kita memilih, kita hanya melihat dan mendengar NAMANYA yang besar dan PARTAINYAyang kuat dan besar. Janji-janji kampanye dari para calon pemimpin terdahulu harus bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, agar jangan terulang kembali.
Propinsi Aceh yang jumlah penduduknya kurang lebih 5-6 juta jiwa, sebentar lagi akan memilih calon pemimpin daerah, baik gubernur, bupati serta walikota. Pesta demokrasi menjelang Pilkada Aceh bulan Februari 2017 mendatang. Ini merupakan moment penting untuk masyarakat Aceh dalam mengatasi persoalan hidup kedepan, dimana saat ini sebagian besar masyarakat Aceh masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Aceh sangat memprihatinkan.
Dana Otonomi Khusus (OTSUS) yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat yang nilainya sangat fantastis, ternyata sampai saat ini, belum bisa mengatasi persoalan kemiskinan di Propinsi Aceh. Dana Otsus tersebut, seperti hilang ditelan bumi. Dana otsus tersebut kemungkinan besar digunakan untuk pembangunan proyek-proyek yang kurang tepat bagi pembangunan sistem perekonomian di Aceh. Dana Otsus tersebut kemungkinan besar hanya untuk pundi-pundi para penguasa, baik ditingkat Eksekutif, Legilatif maupun tingkat Yudikatif.
Masyarakat Aceh belakangan ini hanya bisa pasrah saja, tanpa bisa berbuat banyak. Setiap hari hanya berkeluh kesah dan meratap, setiap hari hanya air mata saja yang bisa mereka hasilkan. Itu semua terjadi, karena para pemimpinnya hanya sibuk dengan urusan diri sendiri dan partainya. Mereka dipenuhi ambisi yang kotor, ingin selalu berkuasa, menimbun kekayaan bagi dirinya sendiri maupun kelompok mereka.
Para pemimpinnya hanya mendengar keluh kesah, para pemimpinnya hanya berdoa saja, tanpa ada upaya yang berarti untuk mengatasi persoalan yang mereka lihat dan mereka dengar. Mungkin ini adalah ungkapan dari seorang musafir dari negeri seberang yang prihatin, tatkala musafir itu melihat dan mendengar kesusahan dan kesedihan penduduknya, akibat para pemimpinnya yang penuh ketamakan dan haus kekuasaan...