Lihat ke Halaman Asli

Kisah para Orang Tua...

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku meliki banyak anak. bayangkan 10 orqng yang 7 anak diantaranya adalah perempuan. kebetulan anak laki-laki kudapat diakhir. sulitnya ekonomi zaman dahulu dan tidak adanya program KB membuat aku berusaha membanting tulang sekuat tenaga. dari menjadi buruh tani, berdagang kedaerah kota, sampai jadi pemborong ikan untuk kemudian aku ternak dan aku jual kembali. semua aku lakukan untuk membiayai anak dan istriku. saat itu aku tak kenal menyerah sampai aku mampu memiliki rumah, sawah dan menyekolahkan anak-anakku kejenjang yang lebih tinggi dariku. akhirnya anak pertamaku menikah dengan seorang kyai, menyusul anak keduaku menikah dan anak ketigaku yang perawat juga dibawa suaminya...... kini aku merasa sepi ketika akhirnya anak ke8 ku menikah dan 1 anakku diluar negeri. rumah yang begitu luas serta kamar-kamar yang dahulu sumpek karena anak2ku satu kamar ber3 kini kosooooong tak berpenghuni. aku mulai sakit... anakku menjenguk... ya hanya ketika sakit rumahku akan ramai kembali. tapi toh aku tidak mau terus menerus sakit. sampai satu ketika aku merasa sangat sakit sedangkan dirumah sudah tidak ada siapa-aiapa, aku menangis tuhan... jika memang ketika engkau harus memanggilku saat ini tolong jangan biarkan aku sendiri... karena aku memiliki banyak sekali anak-anak.......

aku adalah seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anakku. aku sekolahkan mereka. sampai sarjana lalu mereka menikah. aku sendiri ada saat dimana aku membutuhkan perhatian mereka namun mereka amat sibuk dengan dunianya. aku merasa sendiri tuhan.... dan aku tak ingin sendiri merana ditengah kebahagiaan mereka... aku ingin kembali kepadaMU.... maka hari ini dihari yang menurut banyak orang hari bagus untuk kembali kepadaMu. aku menyerahkan diriku diatas rel kereta ini. sebagai saksi aku tak ingin menjadi beban mereka dalam mencari perhatian mereka. aku membunuh diriku....

aku seorang ayah. apa aku salah tuhan.... ketika aku bangga pada salah satu anakku. dia membuatku menjadikannya anak emas. dia aku sekolahkan lebih tinggi dari pada kakak dan adiknya. dia aku berikan lebih banyak harta daripada kakak dan adiknya. kakaknya aku suruh untuk maklum sambil aku dendangkan nyanyian jika adikmu berhasil dia akan menjadi kebangganmu juga, karena itu yang pernah dia janjikan kepadaku. tapi tuhan.... kini setelah semua terkuras untuknya, ragaku, jiwaku. kini anak itu, anak kebanggaanku, anak yang selalu aku bela, anak yang membuat iri kakak dan adiknya. tidak menoleh kepadaku, aku dianggapnya seperti binatang yang hanya ditengok diberi makan dan ditinggal pergi. aku sakit tuhan... bahkan untuk sekdar pipis dikamar mandi aku butuh bantuan, dibiarkannya aku bau seperti kambing. kini justru anak yang tidak pernah aku anggap dia amat menganggapku. tapi tuhan... aku tidak punya apa2 lagi untuk kuberi pada anak yang menganggapku. bahkan sekedar ingatanku untuk membuatnya tersenyum....

jika kita telah memiliki anak, ingatlah bahwa kita orang tua. jika anak kita sakit dan kita khawatir, ingatlah kekhawatiran itu juga dimiliki orang tua kita dahulu. mereka tak minta apa yang telah mereka beri. malah mungikn mereka tidak butuh uang kita. mereka hanya ingin diperhatikan seperti kita butuh perhatian mereka ketika kecil.

salam orang tua.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline