Lihat ke Halaman Asli

Belajar Dari Pengalaman, Membangun Dunia dengan Harapan

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berinteraksi dengan orang bermental positif akan ikut membentuk mentalitas kita. Sebaliknya orang-orang bermental negatif seperti pendemdam, pemarah dan dengki akan ikut membentuk mentalitas kita sekaligus merusak formasi kecerdasan dasar manusia. Tidak salah jika para ulama berfikiran, "jangan bergaul dengan orang yang bermental salah sebab nanti kau ikut salah mentalnya, jangan berdebat denga  orang bodah nanti kau akan ikut menjadi bodoh". Orang baik akan menularkan kebaikannya kepada kita, lihat bagaimana nabi membangun kebaikan dan menular pada sahabatnya, nabi sebagai orang besar ikut mendidik sahabatnya dengan mentalitas orang besar, itulah mental pemenang sementarta mereka yang bermental negatif mendidik temannya untuk saling bermusuhan sampai akhirnya terjadi kedangkalan perbaulan akibat salah pembentukan mental

Ini hanya persepsi saja dari ulasan berbagai pengalaman yang pernah dilihat oleh mata, pengalamanlah yang mengajarkan kita pada kebenaran, pengalamanlah yang mengajarkan kita akan kebaikan. Memang pengalaman tidak semuanya akan dinampakkan karena tidak semua hal bisa menjadi pengalaman seseorang namun sedikit banyak pengalaman mengajarkan fakta dan realitas sesugguhnya sehingga kita menjadi lebih arif melihat masalah, tidak sekedar memutuskan namun memiliki pandangan yang lebih objektif dan solutif.

Pengalaman soal sorga mungkin sebagian orang tidak bisa menjalaninya, namun secara tidak langsung maupun langsung banyak wali yang pernah melakukan perjalanan menuju sorga atau dapat menyaksikan sorga secara spiritualis bahkan terkadang ada orang yang dianugerahi oleh Allah soal kehidupan mulia dengan sengaja menjumpai dirinya dalam sorga, itulah proses hidup. ada pengalaman secara empirik namun ada juga secara spiritual, keduanya sama-sama pengalaman tetapi yang inti adalah mengantarkan seseorsang lebih menyadari kehidupannya.

Memang tidak semua manusia mengalami proses dan perjalanan batin untuk sampai pada sorga, namun kehidupannya akan banyak terlapisi dengan makna yang lebih kompleks atas sorga atas petuah banyak kalangan. Namun, bedanya pengalaman yang diceritakan akan sangat berbeda bagi orang yang menceritakan dari pada mengetahuinya lewat cerita semata. Pengalaman bukan cerita namun fakta yang buming, membuat hidup menjalaninya secara utuh dan lebih terjiwai maknanya.

Mendidik manusia dan diri dengan pengalaman akan memahami teori yang diajarkan melalui pengalamannya, dia memahami teori dengan kekuatan pengalaman secara otomatis akan terbentuk sebuah kekuatan dirinya menangkap teori lebih dalam dan bertahan. Teorinya akan lebih dinamis dan manusiawi, sebab diukur dari proses pembenaran faktual, berbeda dengan orang yang hanya membaca teori tanpa proses pengalaman yang lebih komplek.

1. Teori+Praktek= Pengatahuan Kompleks

2. Teori -Praktek=Pengetahuan Parsial

3. Praktek --teori =Pengetahuan Anarkis

Hukum besi kehidupan adalah kehancuran sebuah teori, namun semua pengalaman akan membantuk teori baru sehingga proses lahirnya pengetahuan baru selalu lahir dari interaksi faktual dan empirisme, tanpa mengecualikan proses spiritualitas. Kita bisa menemukan benturan pemikiran dari berbagai tokoh pemikir dunia, melalui proses uji coba terus menerus bahkan ada sampai ribuan kali baru menemukan kebenaran. Orang bisa salah seribu kali namun untuk benar hanya dibutuhkan sekali, proses salah itu adalah proses mengasah kemampuan sampai matang kemudian menemukan pengetahuanm baru.

Teori tersebut lahir dari ujian berat sehingga dia bukan sepenuhnya teoritik tetapi merupakan proses mendalami kenyataan. Seorang penemu berbeda dengan seorang sosialis kalau penemu menemukan kebenaran di laboratorium sementara sosialis dan praktisi menemukan kebenaran pada proses sosial. Yang pertamka menemukan fakta dan yang kedua menemukan kebanaran dan menjalaninya. Pengalaman membuat manusia berbicara berdasar rasa, akal dan hati sehingga karya pikirnya menjadi terjiwa dan bergisi bahkan tidak melepaskan nilai dasar kemanusiaan di dalamnya.

Rwb, 08/04/2013,00.25




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline