Lihat ke Halaman Asli

Bahtera Bindavid Purba

Informasi Pribadi saya

Pengembangan Pariwisata Sehat Berbasis Produk Lokal Bubuk serbuk Jahe Merah Dolok

Diperbarui: 13 September 2024   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produk Jahe merah Dolok/dokpri

Bubuk serbuk jahe merah adalah ramuan herbal dari ekstrak jahe merah dengan bahan tambahan kunyit, gula pasir atau aren, serai, dan kulit manis. Bubuk serbuk jahe merah merupakan terobosan inovasi untuk mengatasi ketidakstabilan harga jahe merah dipasaran yang disebabkan biaya transportasi hulu-hilir yang tinggi dan di monopoli oleh agen distribusi. 

Tanpa inovasi ini, produksi jahe merah banyak terbuang sia-sia dalam jumlah besar karena tidak laku di pasaran. Upaya kearah pembentukan produkpun hingga saat ini tidak ada dilakukan. Kondisi ini, mendorong kemitraan masyarakat ini mampu memecahkan permasalahn yang di alami oleh petani jahe merah saat ini.

Gambar diatas merupakan prototipe bubuk serbuk jahe merah dengan spesifikasi madu dan non madu ukuran 1 kg per kemasan dengan harga 100 ribu/kg. Manfaat minuman bubuk jahe merah dari sisi kesehatan adalah mampu menghangatkan badan dalam cuaca dingin, mencegah terjadinya tuberkulosis, mengobatai bronchitis kronis, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah penyakit saluran pernafasan lainnya. 

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa jahe merah menunjukkan aktivitas imunomodulator, antihipertensi, antihiperlipidemik, antihiperurisemik, antimikroba, dan sitotoksik. Aktivitas biologis inilah yang mendasari manfaat terapeutik jahe merah. Tambahan madu dan kulit manis menambah spesifikasi gizi dan rasa pada bubuk jahe merah. 

Pemasaraan di wilayah pariwisata BIS dan Pantai Paris Tiga Ras adalah salah satu cara mempromosikan produk lokal bubuk jahe merah dalam bidang pariwisata terutama dalam upaya pengembangan pariwisata sehat di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.

Peningkatan Ekonomi Masyarakat Lokal

Dari sisi ekonomi masyarakat lokal, produksi bubuk serbuk jahe merah merupakan potensi utama yang dapat dikembangkan petani jahe merah di Desa Dolok Saribu. Bubuk jahe merah adalah bubuk serbuk berbentuk simplisia dicampur dengan gula merah yang memiliki daya tahan 2,5 tahun dalam bentuk kering. 

Bubuk jahe merah dapat dikembangkan sebagai usaha home industri dengan sistem produksi hulu-hilir. Produksi bubuk serbuk jahe merah di pasarkan sebagai bahan minuman penghangat badan terutama di daerah dingin, mencegah terjadinya tuberculosis dan batuk pada penderita bronchitis ringan, minuman pemulihan dari infeksi paru-paru, meningkatkan daya tahan tubuh dan lain-lain.

Dari sisi produksi, petani jahe merah dapat memproduksi jahe merah 1-1,5 ton per 400 m2 dengan usia siap panen 7-8 bulan. Jahe merah merupakan produksi petani dengan modal yang cukup tinggi namun harga di pasar relatif tidak stabil. Tahun 2020, produksi jahe merah di desa dolok saribu mencapai 323 ton dengan harga 33.500 rupiah per kilo gram (Kantor Kepala Desa Dolok Saribu). Tahun 2021-2023 harga jahe merah menurun secara drastis 3.300 rupiah per kilogram.

Menurunnya harga ini, membuat petani jahe merah tidak melakukan poduksi jahe yang siap panen diakibatkan biaya operasional pemanenan tidak dapat tertutupi. Menurut catatan kepala desa dolok saribu, diperkirakan 700-900 ton jahe merah di tahun 2021-2023 tidak dipanen oleh petani. Hal ini menyebabkan kerugian petani diperkirakan mencapai 1,7-2,3 miliar rupiah. Kerugian ini disebabkan modal kerja, pupuk, pestisida, dan operasional lainnya tidak tertutupi yang diperkirakan mencapai 2,5 juta rupiah per 400 m2 lahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline