Lihat ke Halaman Asli

Doa Seorang Kakek Untuk Cucunya

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lembaran hidup selalu penuh misteri. Tak ada manusia yang mengetahui sedetik kedepannya terhadap takdir hidupnya. Tak satupun yg dapat memastikan esok apakah kita masih diberikan anugerah untuk merasakan bangun pagi dan menghirup sejuknya udara fajar. Hidup selalu penuh teka teki, misteri dan harapan.
Hampir 1 tahun yang lalu aku menemukan sebuah catatan kecil dalam buku harian kakekku. Tersimpan rapi dalam rak buku beserta buku-buku lawas yang sudah mulai menguning dan rapuh karena kurang perawatan. Almarhum kakekku sangat suka membaca, sehingga ratusan buku berjejalan di rak buku sepanjang 8 meter. Mataku bertemu buku itu ketika secara tidak sengaja mencari buku-buku lama karangan T.Alisjahbana koleksi kakekku. Entah rasa penasaran atau ada naluri yg sulit dijelaskan pandanganku tidak lepas lagi dari buku itu. Maka segera kuambil dan melupakan sesaat pencarian buku yang kuinginkan.
Kucari tempat yg cukup terang dalam ruangan kamar yg sekarang disulap menjadi perpustakaan kecil semenjak kakekku meninggal. Ditemani pagi yang mendung dari celah jendela dibelakangku perlahan kubuka lembaran buku kecil itu yg serupa dengan buku catatan pd umumnya. Banyak catatan itu yg coba kujelajahi satu persatu,lembar perlembar. Ternyata kakekku rajin mencatat kejadian-kejadian yg terjadi dlm hidupnya hampir detail. Ringkasan khutbah/pengajian, kata2 mutiara, tugas kantornya dan catatan keluar masuk keuangan keluarga secara sederhana. Tidak lupa juga kakekku mencatatkan tanggal pd setiap catatannya.
Aku berhenti pd lembar dimana disitu tertulis namaku secara jelas. Lembar yg diberi tanggal 12 september 1985,beberapa setelah aku lahir. Kakekku baru selesai mencatatkan untukku apa arti dari namaku. "Doaku untuk cucu keduaku,semoga kelak kamu akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi agamamu. Menjadi manusia yang tegak kokoh berdiri di lautan hidup, penerang dan memberikan manfaat yg luas untuk sesama". Entah kakekku melihatku membaca buku catatannya, seolah merasakan kehadirannya berada disampingku dan kata itu menjelma menjadi suara yg dibisikkan kakekku penuh dengan kelembutan dan cinta menuju hatiku. Aku terus mengulang kalimat itu kata perkata mencoba memahami makna yg tersirat. Semakin dalam bisikan itu menyatu dengan tubuhku. Tulang,daging dan ototku menyatu dengan kalimat itu. Perasaanku sejenak merasakan sensasi cinta dan kehangatan kasih sayang seorang kakek kepada cucunya. Cinta tulus penuh dengan doa, mimpi dan harapan.
Aku biarkan tubuhku meresapi apa yg kakekku tuliskan dalam catatan kecilnya, aku biarkan itu menyatu menjadi nafas dan langkahku menjalani hidup ini. Ucapku lirih tanpa kendali "terima kasih eyang maaf kalau baru membaca doa dan harapan eyang sekarang"."Semoga ini bisa menjadikanku lebih kuat mengarungi hidup ini eyang. Aku merindukan eyang".
Ruangan ini hening. Pagi itu mendung mengelayuti awan. Aku menutup buku catatan kakekku, aku kembalikan kembali pada tempat semula ketika aku menemukannya bersama kumpulan buku lawasnya. Aku menyadari betapa besar hati dan harapan orang2 yang mencintaiku. Doa mereka selalu ada dalam sujud dan langkah perkembangan jiwa dan fisik kita. Semoga ini bisa menjadikan kita lebih baik.

Selamat pagi semua,
Salam sehat.

Bahry. Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline