Lihat ke Halaman Asli

Bahrul Ulum

Agribusiness

Literasi Digital bagi Wali Murid TK Karakter Pelangi Nusantara, Cegah Anak Salah Gunakan Media Sosial untuk Akses Konten Dewasa

Diperbarui: 14 Maret 2022   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dewasa ini keberadaan konten digital dalam berbagai kelompok usia sangat masif. Anak - anak menjadi salah satu kelompok usia yang paling rentan terpapar, bahaya salah satunya adalah maraknya konten digital yang negatif.  Untuk cegah itulah Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro mengadakan aksi literasi digital bagi para wali murid. Kegiatan dilaksanakan di TK Karakter Pelangi Nusantara, Semarang, Sabtu (12/3)  

Tim pengabdian dosen yang dipimpin Much. Yuliyanto, S. Sos, M. Si. mengangkat topik Literasi Digital: "Pendampingan Orang Tua dalam Penggunaan Media Sosial dan Edukasi terkait Konten Pornografi pada Anak Usia Dini".

Ketua Yayasan TK Karakter Pelangi Nusantara Semarang, Sri Kusmiati mengapresiasi inisiatif  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro ini , salah satunya untuk mengedukasi orang tua terkait literasi digital, terutama agar anak terhindar dari pengaruh buruk konten media dewasa yang buruk.

"Literasi digital menjadi hal yang penting untuk dipahami oleh setiap orang tua dalam mendidik anak-anaknya terutama dalam masa pertumbuhan" ujar Sri Kusmiati.

Pemberian materi tentang literasi digital oleh Universitas Diponegoro, Dokpri

Para pemateri berdiskusi dengan ortu murid bertema literasi digital  di TK Karakter Pelangi Nusantara Semarang, Dokpri

 Penyampaian materi diawali oleh Dr. Hedi Pudjo Santosa dilanjutkan Hedi menyebut data miris perihal banyaknya anak yang menonton tayangan pornografi. Itu riset Lembaga ilmiah yang cukup kredibel, dan tentu kami mencemaskannya.

Pemateri kedua Dr. Adi Nugroho, M. Si mengajak orang tua untuk memberikan media komunikasi untuk anak dengan pendampingan yang terus menerus. Baik jika ada aktivitas yang variative antara kegiatan fisik bermain di halaman atau Bersama teman, dan sesekali menggunakan ponsel pintar. Namun harus dalam pendampingan, seperti halnya di tayangan televisi ada tayangan dengan label BO alias bimbingan orang tua. Media memang tak terhinmdarkan ditangan murid bahkan seumuran TK dan PAUD namun gunakan secara bijak.

Dr. Adi mengapresiasi apa yang dikatakan salah satu ortu dengan menyebut ada syarat bagi putranya saat mau menggunakan HP yakni dinjam tertentu dan setelah mengaji. Jika ini terpola dan bentuknya bisa sangat variatif tergantung sikon ortu dan keluarga, maka dapat meminimalisir dampak buruk dari media. Tapi melarangnya serratus persen sepertinya mustahil, karena juga masih ada sisi positif dari sebuah media.

Ceramah dan diskusi interaktif ditutup oleh Agus Naryoso, S. Sos. M. Si.Agus menunjukkan banyak konten konten dewasa yang secara masih bisa memasuki ruang ruang anak anak. Tak luput dari telivisipun juga begitu, dimana di jam prime time dimana anak masih waktunya belajar disuguhi televisi dengan acara dewasa yang cenderung pornografi. Agus mengajak ortu untuk menjadi teladan dalam penggunaan hp yang sehat dan bijak. "Jangan melarang anak menggunakan HP tapi ortu sendiri malah asyik mojok ber medsos ria," ujarnya.  

Kegiatan literasi digital bagi ortu murid kali ini berlangsung secara hybrid paduan secara virtual melalui platform komunikasi Zoom meeting dan luring dengan menghadirkan 20 an ortu hadir dan interaktif di kelas dengan prokes ketat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline