Lihat ke Halaman Asli

Bahrul Ulum

Mahasiswa

Internalisasi Nilai-nilai Pesantren dalam Budaya

Diperbarui: 13 Juni 2020   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Internalisasi merupakan suatu proses menanamkan nilai-nilai yang ada menjadi perilaku sosial yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku sosial cenderung identik dengan cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok orang atau sekelompok golongan. Kecenderungan tersebut tentunya akan terus mengalir dari satu generasi ke generasi lainnya hingga menjadi sebuah budaya.

Menurut Rokeach dan Bank dalam Taliziduhu nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Ini berarti berhubungan dengan pemaknaan atau pemberian arti suatu obyek. Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah pikiran (ide) atau konsep mengenai apa yang dianggap penting bagi seseorang dalam kehidupannya.

Maka dari itu, nilai-nilai pesantren yang menjadi acuan dalam kecenderungan perilaku sosial dapat kita katakan sebagai internalisasi nilai-nilai pesantren dalam budaya.

1. Nilai-Nilai dalam Pesantren

Pondok pesantren memiliki nilai-nilai dasar yang menjadi landasan, sumber acuan dan bingkai segala kegiatan yang dilakukannya. Nilai-nilai dasar tersebut adalah sumber nilai Islam yang berasal dari nilai yang menjadi falsafah hidup yang dianut oleh ummat Islam. Sumber nilai agama yang pokok adalah Al- Qur’an dan As- Sunnah. Maka tidak heran jika yang dihasilkan adalah santri yang memiliki nilai-nilai keluhuran seperti akhlakul karimah, dedikasi dan loyalitas, amanah dan tanggung jawab, serta toleransi dan tenggang rasa.

2. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Pesantren

Proses penanaman nilai-nilai kepesantrenan dilakukan melalui menanamkan pada santri, khususnya diri sendiri untuk bersikap baik dan bertata krama yang baik. Dalam pesantren sendiri upaya yang dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai luhur pada santri seperti contohnya, pemberian nasihat atau suri tauladan oleh kyai; pembiasaan dalam hal ubudiyah, seperti pelaksanaan sholat fardhu berjama’ah dan pembiasan membaca serta hafalan ayal Al-qur’an, serta pemberian sanksi atau hukuman sebagai proses penanaman kedisiplinan pada jiwa santri.

3. Urgensi Internalisasi Nilai-Nilai Pesantren di Era Millenial

Era millenial merupakan zaman dimana berkembangnya teknologi secara pesat dan arus informasi yang begitu cepat. Tanpa bisa dihindari berbagai budaya bercampur dan berakulturasi satu sama lain. Tentu saja dari adanya proses pencampuran budaya tersebut dampak selalu ada, baik itu postif maupun negatif. Ilmu umum saja tidak cukup mampu untuk mengendalikan dampak yang ditimbulkan. Melainkan juga harus terdapat ilmu agama yang di dalamnya didukung oleh nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al-qur’an dan As-sunnah. Maka dari itu, diperlukannya penanaman nilai-nilai pesantren guna untuk mengendalikan budaya yang datang dari luar. Karena budaya asing belum tentu cocok dengan budaya lokal. Seorang santri terutama harus mampu menyaring dan sigap dalam menghadapi budaya yang bernilai negatif. Karena dalam diri santri telah tertanam nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al-qur’an dan As-sunnah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline