Lihat ke Halaman Asli

Mikchel Naibaho

Pembaca. Penjelajah. Penulis

Hantu Kristenisasi yang Menyuburkan Ketertinggalan

Diperbarui: 13 Januari 2019   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : flickr.com

"Ngurus yang ada aja sudah repot. Ngapain ngajak orang lagi jadi Katolik!"

Saya teringat penggalan kalimat itu ketika membaca sebuah spanduk penolakan pembangunan gereja di media sosial. Tak ada memang tertulis kenapa warga setempat menolak pembangunannya, tetapi karena sudah sering, otomatis alasan yang muncul di otak saya adalah isu Kristenisasi.

Entah isu memang pernah ada atau hanya propaganda untuk memecah belah, bagi saya, isu itu sekarang sudah usang.

Penggalan pernyataan yang saya buat sebagai kalimat pembuka di atas adalah ucapan seorang Pastor dalam sebuah diskusi. Bila mengikuti jalan pemikiran orang kebanyakan, seharusnya beliau lah yang bekerja keras mengajak orang menjadi pemeluk agama katolik. Tetapi nyatanya tidak. Dan ucapan itu mengubah cara berpikir saya!

Dulu saya berpikir bila mengajak banyak orang menjadi seorang katolik, maka otomatis rezeki akan berlimpah dan ketika meninggal masuk surga. Tetapi setelah diskusi itu, saya yakin itu jalan yang keliru. Kenapa? Katakanlah seseorang berhasil saya ajak menjadi seorang katolik, apakah dengan demikian hidupnya otomatis akan membaik? Benarkah ia akan menemukan Tuhan dalam hidupnya?

Pernah ketika mengikuti suatu misa (ibadah) saya berpikir, mengapa perlu mengajak orang menjadi seorang katolik sementara teman di sebelah saya terhimpit masalah hidup yang pelik? Mungkin sebelum ke gereja dia belum makan, yang lain mungkin memikirkan uang sekolah anaknya yang harus dibayar, atau sebagian lagi menahan banyak kesakitan. Bagaimana saya merayakan kebersamaan dengan Tuhan sementara manusia lain yang duduk di sebelah menderita?

Saya tidak yakin masih ada orang kristen yang menjalankan misi kristenisasi di negeri ini. Untuk mempertahankan umat yang ada pun, pastor dan pendeta mungkin kesulitan. Mungkin kristenisasi hanya 'hantu' yang dipakai untuk menakut-nakuti. Yang membuat kita tidak tenang dan sibuk tak menentu.

Seharusnya kita sudah selesai dengan urusan toleransi ini. Masalah yang kita hadapi untuk mempertahankan eksistensi sebagai manusia kini beragam. Salah satunya, banyak ikan yang mati karena plastik. Kenapa kita tidak sama-sama memikirkan bagaimana pengolahan sampah plastik hingga demikian kita bisa hidup sehat?

Atau masalah yang belakangan banyak menelan korban : bencana alam. Kenapa kita tak kerahkan energi untuk mengantisipasi bencana?

Yang menjadi kesedihan saya bila mendengar isu kristenisasi adalah anak-anak negeri ini menjadi saling curiga hingga lupa mengembangkan diri. Tak ada waktu lagi mempelajari ilmu pengetahuan lain yang bermanfaat, dan akhirnya ditindas oleh mereka yang oportunis. Yang dengan kekuatan uangnya, bisa dengan mudah menyelamatkan diri.

Meski tidak sepenuhnya setuju, saya ingin menutup tulisan ini dengan ucapan seorang teman, "Bagaimana tidak tertinggal? Ketika kita sibuk membahas agama, mereka sudah membangun toko dan pabrik-pabrik. Anak kita sekolah dimana gurunya nyambi jualan online, mereka menyekolahkan anaknya di sekolah bermutu dan mahal. Kita berobat di rumah sakit yang pelayanannya amburadul karena perawatnya digaji rendah, mereka berobat ke luar negeri!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline