Lihat ke Halaman Asli

Mikchel Naibaho

Pembaca. Penjelajah. Penulis

Yang Dipersatukan Sepak Bola, Jangan Diceraikan Politik

Diperbarui: 12 Agustus 2018   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : dokumentasi pribadi

Setelah melewati saat-saat yang melelahkan, negeri kita akhirnya mengalami suatu kebahagiaan besar. Ya, timnas sepakbola U-16 kita juara. 

Sesaat, semua perdebatan yang menguras tenaga (mulai dari gempa yang menimpa Lombok hingga urusan capres-cawapres) terbayarkan oleh kegembiraan yang hadir ketika melihat David Maulana dkk. mengangkat piala. Kebahagiaan itu ibarat kita menemukan sumber air yang menyegarkan setelah melakukan perjalanan jauh di gurun pasir.

Sepakbola selalu berhasil menyatukan kita. Setiap kali timnas bertanding, entah kategori usia berapa pun, jutaan rakyat menonton dari tempat dan cara masing-masing. Mulai dari Sabang sampai Merauke, mulai dari memenuhi stadion sampai dari hp. Dukungan lewat sorakan, doa, dan lain sebagainya mengalir untuk timnas. Energi besar negeri ini menyatu untuk merebut juara.

Saya sering menyaksikan, kesedihan mendalam kita rasakan setelah timnas kalah. Dan kebahagiaan yang besar melingkupi ketika Evan Dimas dkk. berhasil merebut juara di tahun 2013 yang lalu. Apa yang mendorong kesedihan dan kebahagiaan itu?

Kecintaan kita pada negeri ini yang mendorongnya. Cinta itu juga yang melahirkan energi besar yang dapat menggerakkan setiap orang yang memilikinya. 

Saya kerap membayangkan, energi yang sama yang digunakan nenek moyang kita untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Bayangkan, bagaimana mungkin dengan peralatan seadanya, bisa mengalahkan penjajah dengan persenjataan lengkap?

Memang berat untuk mendapatkan energi sebesar itu, tetapi tantangannya hanya satu : kita harus bersatu. Saling curiga dari hati harus segera dimusnahkan. Kebencian yang menguasai diri, harus segera dibuang. Dengan demikian, kita bisa bersatu untuk mendapatkan energi yang besar.

Energi yang besar itu bisa kita manfaatkan untuk hal yang lain. Sebagai contoh misalnya, saat menghadapi bencana alam. Kita dengan jelas mendengarkan kemarin, saat menonton timnas U-16 bertanding, bahwa hasil penjualan tiket disumbangkan untuk membantu saudara kita yang sedang ditimpa bencana. 

Hal-hal semacam itu perlu kita lakukan. Dan memang sudah sering kita lakukan setiap ada bencana atau hal buruk lain yang menimpa negeri ini. Diusik teroris misalnya. Kita saksikan bagaimana dukungan untuk korban mengalir begitu besar dari seluruh penjuru negeri. Dan kita saksikan juga perlawanan besar lewat kutukan terhadap aksi teroris.

Energi itu harus kita jaga agar tetap ada untuk menghadapi tantangan di masa depan. Nusantara sangat rentan terhadap perpecahan. Kita butuh energi itu untuk tetap kuat. Sebab, sejarah telah membuktikan, kita dikuasai setelah dipecah belah terlebih dahulu.

Pecah belah itu kita saksikan hari-hari belakangan ini. Oleh sebab itu, energi itu jangan lagi kita lenyapkan. Kita sudah disatukan oleh sepakbola dan akhirnya mendatangkan energi yang besar, jangan lagi mau dipisahkan politik untuk akhirnya dilemahkan lalu dijajah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline