Lihat ke Halaman Asli

Umkm Bertahan di Masa Pandemi dengan "Cintailah Produk Lokal"

Diperbarui: 30 Juni 2021   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Covid-19 dingkatan dari Corona (CO), Virus (V), disease (D) yang ditemukan pada tahun 2019. Covid-19 adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh novel corona virus atau virus corona jenis baru. virus corona yang kini mewabah pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 dengan nama resmi SARS-CoV-2 atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2. 

Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga sedang dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit, saat merasa mengalami gejala sebaiknya segera di periksakan. Karena virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua Negara termasuk Indonesia. Hal ini yang membuat memberlakukan lockdown sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona. 

Masa pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama 2 tahun belakangan ini berdampak ke berbagai sektor, salah satunya ialah sektor ekonomi.  Hal ini dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengalami penurunan omzet. 

Diantaranya karena adanya pemberlakuan PSBB dan adanya penurunan daya beli masyarakat. 

Dengan keadaan yang terus berlanjut ini selama beberapa bulan belakangan ini cukup banyak pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang gulung tikar karena sepihnya pembeli.

Salah satu UMKM yang merasakan dampak dari pandemi Covid-19 yaitu usaha yang dikelola oleh Zuhrotul Chusniah dari desa Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur.  

UMKM yang dikelola oleh Nia ini bergerak di bidang Makanan kalengan dari bahan ikan. Usaha lauk dari bahan ikan tuna ini dirintis sejak tahun 2016 namun masih sebatas pemasaran lokal dan belum memiliki peralatan yang memadai.  Pada tahun 2018 usaha ini berkembang pesat dan hingga saat ini penjualannya telah sampai ke manca Negara.

"usaha ini tidak langsung besar seperti sekarang, saya benar-benar memulai dari bawah dan merasakan kegagalan dan kerugian beberapakali" ujar Nia. Ia pernah mengalami kegagalan produk karena kurang cukup pengetahuan dan belum pernah mengikuti pelatihan pengemasan makanan. Sebanyak 50 kaleng dari 100 kaleng produk gagal dipasarkan karena berjamur.  Sejak itu ia mulai aktif di keanggotaan UMKM sehingga bisa mengkuti berbagai pelatihan.

 "Dulu saya hanya ditemani suami dalam proses produksi, Alhamdulillah, sekarang saya dibantu 3 orang karyawan mulai pemiletan ikan sampai pengemasan produk" kenangnya. Nia menuturkan ini sambil menahan tangis mengenang suami tercinta yang telah tiada 2 tahun yang lalu.

Dokumen pribadi

 Usaha Nia ini merupakan usaha makanan yang berbasis kearifan lokal. Dia melihat berlimpahnya ikan tuna yang ada di kawasan pantai utara Lamongan tepatnya desa Brondong. 

Dimana Brondong merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur.  Dan untuk persediaan atau pengadaan bahan baku produksi, ikan  tuna,  selama pandemi ini tidak mengalami kesulitan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline