Lihat ke Halaman Asli

Kisah Kerinduan

Diperbarui: 22 Januari 2019   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com

Salah satu kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sekaligus membuat sesak di dada adalah saat kau merasa rindu kepada kekasih-NYA. Rindu Sang Nabi termulia.

Namun disaat rindu itulah tiba-tiba kau becermin memandang diri sendiri sembari bergumam di dalam hati:

"Pantaskah aku yang penuh dengan debu dan kotoran ini merindukanmu ya Nabi?"

Dan tiba-tiba munculah bulir-bulir kristal dari kedua belah matamu.

Hatimu pun ikut meronta:

"Mungkinkah kelak nanti aku bisa berjumpa dan memelukmu ya Rasul?". Karena tak ada keindahan selain berkumpul denganmu dan bersama-sama memandang wajah-Nya.

Pada akhirnya bulir-bulir itu pun berubah menjadi tangis haru.

Duhai manusia termulia, hanya satu yang masih menjadi tumpuan harapanku agar kelak nanti bisa bersamamu, yaitu ketika seorang lelaki badui bertanya:

"Ya Rasulullah, kapankah hari kiamat datang?"

"Apa yang kamu persiapkan guna menghadapinya?", sabdamu.

"Tidak ada sesuatu (persiapan khusus), kecuali kecintaanku kepada Allah dan RasulNya.", kata sang Badui.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline